Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kemiskinan Bukan Alasan untuk Memiskinkan Hati

21 Desember 2018   09:04 Diperbarui: 21 Desember 2018   09:12 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Manusia yang tak mengerti hakekat hidup ini, akan selalu mengasihani diri dan mencari solusi untuk menghianati nurani atas kemiskinan yang terjadi.

Atas nama kemiskinan berani menipu dan mencuri. Atas nama pembenaran terpaksa dan tidak tahu harus bagaimana lagi. Dengan lugu mengatakan apa yang didapat dengan cara memiskinkan hati sebagai rejeki. Sungguh ini pembodohan diri.

Beginilah hidup ini. 

Ada yang atas nama kemiskinan melakukan hal yang tak terpuji. Lalu berbuat sesuka hati tak peduli ada yang rugi. 

Ada yang  walau dalam kemiskinan tetap gagah berani menjaga kepolosan hati. Tidak memanfaatkan kondisi mencari simpati demi keuntungan sendiri. Hidup boleh dalam kemiskinan namun tidak memiskinkan hati. 

Nurani tidak mati. Tidak silau oleh godaan mengasihani diri mengatasnamakan kemiskinannya untuk kehilangan pekerti.

Sejatinya dalam kemiskinan pun manusia tetap bernilai bila mampu menjaga nilai-nilai luhur kebaikan hati. Tidak harus menunggu kaya dan punya kedudukan untuk menjadi manusia berarti. 

||refleksihatiuntukmenerangidiri 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun