Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Terbalik

25 November 2018   17:33 Diperbarui: 25 November 2018   18:08 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dahulu agama diturunkan untuk menyelesaikan keributan antara manusia. Sekarang manusia ribut gara-gara agama.

Semula adanya agama untuk mengecilkan ego manusia, saat ini karena agama manusia jadi semakin besar egonya.

Sejatinya adanya agama untuk manusia bisa saling mengasihi, namun karena urusan agama manusia jadi saling membenci.

Dahulu Tuhan menciptakan manusia, zaman sekarang manusia yang menciptakan Tuhan-nya.

Dahulu anak-anak menurut dan berbakti pada orang tua,  sekarang orang tua yang harus menurut dan berbakti pada anaknya.

Dahulu manusia menutupi auratnya sedemikian rupa supaya tidak terbuka, sekarang manusia membuka auratnya sedemikian rupa, sehingga bebas terpandang mata.

Dahulu manusia sangatlah menjaga sopan santun dan tata krama, sekarang semua dianggap ketinggalan zaman dan  jadi cerita.

Sejatinya perubahan menuju kepada kebaikan dan akal budi semakin terpelihara. Namun tingginya ilmu pengetahuan justru moral etika semakin rendah adanya.

Beginilah kehidupan di dunia, manusia justru semakin tergoda melakukan yang sebaliknya dari kebenaran dengan segala pembenaran dan logikanya.

Yang benar-benar menjaga segala susila dan moral etika bisa jadi bahan olok-olok dan tawa.

||Refleksihatiuntukmenerangidiri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun