Hari itu, 17 Agustus 2018 dalam rangka memeringati Hari Kemerdekaan ke - 73 RI, di  Pantai Mota' ain, Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, NTT, lahir kisah luar biasa.
Yohanis Gama Marshall Lau, yang biasa dipanggil Joni, Â siswa kelas VII SMPN Silawan berumur 14 tahun, pasti tak pernah menduga kisah hidupnya sampai ke Istana Merdeka bertemu presiden pula. Bahkan Joni sudah dianggap sebagai pahlawan sebab aksinya memanjat tiang bendera.
Apa yang dilakukan adalah wujud dari semangat nasionalisme dan jiwa patriotisme dari anak bangsa. Setiap orang bisa melakukannya, tetapi mau atau tidak itu yang jadi kendala.
Joni walau dalam kondisi sakit tak bisa mengikuti upacara. Namun saat tahu Sang Saka Merah Putih putus talinya, Joni spontanitas atas panggilan jiwa tanpa peduli dengan kondisinya, menyelamatkan bendera pusaka sampai ke puncak tiang bendera.
Apa yang paling luar biasa dan menggugah jiwa dari aksi Joni? Apa aksinya yang memanjat lalu menyambung tali bendera lalu dapat berkibar dengan "gagah berani"?
Mengapa hanya terpaku pada itu? Ada pembelajaran yang lebih berharga. Sejatinya, Joni yang hanya orang biasa tinggal di desa telah membuka mata kita tentang nilai - nilai kehidupan.
Setiap Orang Bisa Berbuat Baik
Selain semangat nasional dan jiwa patriotisme yang muncul dengan spontan yang telah menggugah kita, bahwa tidak ada alasan untuk tidak melakukan hal yang baik sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Â
Siapapun kita pasti memiliki benih - benih kebaikan di dalam diri. Yang jadi masalah mau atau tidak mengikuti suara nurani. Seringkali yang terjadi adalah kita memiliki terlalu banyak alasan dan pembenaran untuk tidak melakukan kebaikan selain senjata mengasihani diri.
Spontanitas Berbuat Baik Tanpa Pamrih
Mungkin ada yang iri atau bahkan mencibir atas apa yang Joni dapatkan saat ini. Di undang ke Istana Negara, dapat beasiswa sampai S - 1, uang tunai dll. Padahal yang dilakukan "cuma" memanjat tiang bendera. Berpikiran perlakuan kepada Joni sudah berlebihan sekali.