Malam itu di atas jam 12 malam hendak pergi ke rumah kawan di sebuah perumahan. Tetapi karena sudah larut malam, tak  bisa lagi melalui gerbang depan dan harus melalui  perkampungan.Jalannya sempit dan berbelok. Karena lokasinya asing bagi saya, kawan itu yang menunjukkan jalan.
Pada satu perempatan, karena mendadak disuruh berbelok, motor jadi oleng dan kami terjatuh di aspal. Saya segera mendirikan posisi motor sambil menanyakan kondisi kawan itu. "Tak apa-apa," katanya dan ia pun menanyakan keadaan saya.
Tentu keadaan saya tidak ada masalah juga dan bisa melanjutkan perjalanan sambil mengobrol _ sama sekali tidak membahas soal kecelakaan kecil yang baru terjadi_ sampai tujuan dengan selamat.
Namun sepanjang jalan saya jadi berpikir, tumben saya ini, biasanya dalam kondisi ini spontan akan menyalahkan. Karena memberitahu arah secara mendadak, sehingga kami terjatuh. Apalagi sudah dalam keadaan lelah, biasanya emosi akan mudah naik.
Anehnya, begitu berdiri saya malah langsung menanyakan keadaan kawan itu. Karena khawatir terluka atau keseleo. Ternyata  ia pun melakukan hal yang sama. Kondisi ini membuat kami bisa melanjutkan perjalanan dengan nyaman di tengah kelelahan dan kegelapan. Tanpa harus saling menyalahkan dan masing-masing merasa benar.
Kita ini memang seringkali lebih memilih saling menyalahkan dan meributkan hal-hal kecil yang sebenarnya tak akan jadi masalah apabila tidak memermasalahkan.
Umumnya kita lebih suka menyalahkan orang lain dahulu sebagai proteksi diri, Â dan kebenarannya orang lain jelas tak mau kalah lalu berbalik menyalahkan pula. Akhirnya membuang-buang energi yang sesungguhnya tidak perlu terjadi.Â
Saling berdebat, menyalahkan dan sibuk membela diri. Tiada yang untung sebenarnya, yang rugi pasti dua-duanya. Yang ada hanyalah pemuasan ego dan semakin memanjakannya, sehingga kita hidup semakin jauh dari sifat sejati diri.
||Pembelajarandarisebuahperistiwa