Di dunia ini, kebaikan dan keburukan selalu mengiringi. Selama ada dunia inilah yang abadi. Siapa yang dapat memungkiri?
Semua ada di dalam diri. Kebaikan dan keburukan menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Manakah yang akan menjadi jati diri?
Sebagai makhluk yang memiliki nurani, keinginan berbuat baik dan mata selalu menatap ke surga sebagai tempat kehidupan abadi. Menjadi catatan dalam memori.
Apa yang terjadi? Surga acapkali hanya ada dalam buaian mimpi. Sebab kenyataannya kaki melangkah ke neraka tanpa menyadari. Ketika menyadari, kebodohan batin meliputi. Banyak pembenaran yang menjadi pembelaan diri.
Inilah kenyataan kehidupan ini. Pengetahuan akan kebaikan dan keburukan membumbung tinggi. Tetapi rendah menggunakan akal budi. Pandai berteori, bodoh tak dapat menghindari.
Beginilah zaman di mana manusia lebih menggunakan otak dan menyembunyikan nurani. Di mana kebenaran diakali, pembenaran menjadi-jadi. Kebenaran surga dan neraka sekadar jadi ilusi.
Keinginan menatap surga hanya sehari, sementara langkah ke neraka jadi kebiasaan setiap hari. Tak ada keseimbangan lagi. Keburukan yang menjadi pengendali. Sungguh butuh kekuatan maha dahsyat untuk memperbaharui diri atau tiada kesempatan lagi.
||Refleksihatiuntukmenerangidiri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H