Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mata Menatap Surga, Kaki Melangkah ke Neraka

1 Mei 2018   08:53 Diperbarui: 1 Mei 2018   09:28 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: possibilitychange.com

Di dunia ini, kebaikan dan keburukan selalu mengiringi. Selama ada dunia inilah yang abadi. Siapa yang dapat memungkiri?

Semua ada di dalam diri. Kebaikan dan keburukan menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Manakah yang akan menjadi jati diri?

Sebagai makhluk yang memiliki nurani, keinginan berbuat baik dan mata selalu menatap ke surga sebagai tempat kehidupan abadi. Menjadi catatan dalam memori.

Apa yang terjadi? Surga acapkali hanya ada dalam buaian mimpi. Sebab kenyataannya kaki melangkah ke neraka tanpa menyadari. Ketika menyadari, kebodohan batin meliputi. Banyak pembenaran yang menjadi pembelaan diri.

Inilah kenyataan kehidupan ini. Pengetahuan akan kebaikan dan keburukan membumbung tinggi. Tetapi rendah menggunakan akal budi. Pandai berteori, bodoh tak dapat menghindari.

Beginilah zaman di mana manusia lebih menggunakan otak dan menyembunyikan nurani. Di mana kebenaran diakali, pembenaran menjadi-jadi. Kebenaran surga dan neraka sekadar jadi ilusi.

Keinginan menatap surga hanya sehari, sementara langkah ke neraka jadi kebiasaan setiap hari. Tak ada keseimbangan lagi. Keburukan yang menjadi pengendali. Sungguh butuh kekuatan maha dahsyat untuk memperbaharui diri atau tiada kesempatan lagi.

||Refleksihatiuntukmenerangidiri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun