Membalas Menyakiti atau Belajar Memaafkan? 08:32:15 | 08 Februari 2018
"Jangan membenci orang-orang yang menyakitimu, karena dari mereka kamu belajar untuk sabar, kuat, tegar dan memaafkan."
Carilah di dunia maya, maka akan menemukan sedemikian banyak kata-kata yang sama. Bukalah di media sosial, ada gambar nan indah dengan kalimat yang sama akan terbaca.
Apa yang tertulis tak lebih terdiri dari huruf-huruf yang sudah biasa ada. Bisa terbaca biasa tanpa rasa lalu menjadi sampah tak berguna. Bisa  menjadi mutiara yang berharga namun tersimpan saja. Bisa pula jadi kata-kata yang menyadarkan menggetarkan jiwa.Bisa menyembuhkan bagai pil ajaib dari surga. Tergantung siapa yang membaca.
Jangan membenci orang yang menyakiti ha ha ha apapula. Enak saja. Bila logika yang bicara. Disakiti ya harus balas dengan hal yang sama. Kalau tidak itu bodoh namanya.
Apa yang bisa dipelajari dari orang yang telah menyakiti kita? Apa yang mesti dimaafkan dari mereka? Semua itu omong kosong belaka. Mereka harus dilawan atau buang ke laut saja. Begitulah bila logika dan emosi berpadu dalam satu suara.
Ketika kesadaran yang menjadi nahkoda, sungguh semua kata akan menjadi mutiara yang berguna. Kata-kata bijaksana akan menerangi bagai pelita.
Setiap kata bagai memiliki nyawa dan energi yang luar biasa, maka akan menggerakkan kesadaran untuk mengikutinya. Kata-kata yang ada akan menjadi penuntun untuk hidup lebih bermakna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H