Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membalas Menyakiti atau Belajar Memaafkan?

8 Maret 2018   10:58 Diperbarui: 8 Maret 2018   11:06 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membalas Menyakiti atau Belajar Memaafkan? 08:32:15 | 08 Februari 2018

"Jangan membenci orang-orang yang menyakitimu, karena dari mereka kamu belajar untuk sabar, kuat, tegar dan memaafkan."

Carilah di dunia maya, maka akan menemukan sedemikian banyak kata-kata yang sama. Bukalah di media sosial, ada gambar nan indah dengan kalimat yang sama akan terbaca.

Apa yang tertulis tak lebih terdiri dari huruf-huruf yang sudah biasa ada. Bisa terbaca biasa tanpa rasa lalu menjadi sampah tak berguna. Bisa  menjadi mutiara yang berharga namun tersimpan saja. Bisa pula jadi kata-kata yang menyadarkan menggetarkan jiwa.Bisa menyembuhkan bagai pil ajaib dari surga. Tergantung siapa yang membaca.

Jangan membenci orang yang menyakiti ha ha ha apapula. Enak saja. Bila logika yang bicara. Disakiti ya harus balas dengan hal yang sama. Kalau tidak itu bodoh namanya.

Apa yang bisa dipelajari dari orang yang telah menyakiti kita? Apa yang mesti dimaafkan dari mereka? Semua itu omong kosong belaka. Mereka harus dilawan atau buang ke laut saja. Begitulah bila logika dan emosi berpadu dalam satu suara.

Ketika kesadaran yang menjadi nahkoda, sungguh semua kata akan menjadi mutiara yang berguna. Kata-kata bijaksana akan menerangi bagai pelita.

Setiap kata bagai memiliki nyawa dan energi yang luar biasa, maka akan menggerakkan kesadaran untuk mengikutinya. Kata-kata yang ada akan menjadi penuntun untuk hidup lebih bermakna.

||Refleksiuntukmenerangidiri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun