Cari Pusing 10:45:55 | 19 Februari 2018
Di sini pusing di sana pusing. Di mana-mana orang bilang pusing. Pusing memang banyak sebab dan macamnya. Semua berasal dari pikiran dan keadaan. Yang lebih utama adalah karena ketidakmampuan mengendalikan pikiran dan keinginan.
Untuk penyakit satu itu selalu saja ada pembenaran. Ada yang mengatakan, kalau bos masih pusing itu keterlaluan. Kenapa mesti pusing kalau sudah banyak uang? Nah, kalau saya yang hidup pas-pasan pusing itu wajar. Soalnya mau beli paket data saja mesti mengutang.
Yang bos akan mengatakan, wajar kalau saya pusing karena banyak urusan dan pikiran. Enakan jadi anak buah, kerja dan tinggal terima gaji.
Lantas yang anak buah dalam hati mengomel, pusing punya bos yang tiap hari kerjanya marah dan marah.
Kalau dipikir-pikir memang pusing juga. Ada bos hidup berkelimpahan, Saban liburan jalan-jalan. Tiap akhir pekan ke tempat hiburan. Punya istri cantik. Mau ke mana-mana tinggal perintah. Deposito dan asuransi punya. Boleh dikata hidup susah terjamin. Bahkan mau matipun terjamin, karena tanah kuburan sudah beli.
Kenyataannya? Pagi-pagi nyanyian emosi sudah bergema. Alasannya pusing dan pusing. Malamnya minum-minuman keras buat menghilangkan pusing. Aneh, kan?
Siapa yang salah? Itu namanya cari pusing. Ya salah sendiri. Sejatinya dengan kondisi demikian bisa menikmati hidup dalam sukacita, malah tiap hari cari pusing.
Ada tetangga mengeluh pusing tiap hari, karena tiap bulan harus bayar tagihan cicilan ini-itu. Pusing akibat gaya hidup. Itu namanya cari pusing sendiri.
Ada juga teman kalau ketemu selalu bilang pusing. Kenapa? Mau punya istri muda lagi tak disetujui. Cari pusing, kan?
Yang miskin akan merasa wajar karena karena ambil bagian hidup dalam kepusingan. Padahal kemiskinan bukan berarti tidak bisa hidup dalam sukacita dan harus menjadi orang pusing juga.