Pisang Mentah 22:12:55 | 19 Januari 2018
Ibu saya paling suka beli pisang kepok untuk digoreng. Saya juga termasuk penggemar pisang kepok. Buah memang tidak jatuh jauh dari pohonnya kalau tidak dibawa kalong.
Belum lama ini waktu beliau belanja ke pasar ada bapak yang menawarkan pisang kepok jualannya. Sebenarnya pisangnya masih mentah. Tetapi bapak yang menjual menjamin paling 2 atau 3 hari sudah matang dan siap diolah.
Ibu beli satu sisir seharga Rp 10.000. Menunggu 2 atau 3 hari sudah terbayang enaknya pisang goreng istimewa. Tunggu punya tunggu 3 hari berlalu. Sampai seminggu pisang kepoknya belum juga berubah warna. Masih tetap hijau kulitnya.
Ketika ke pasar ketemu bapak penjual Ibu sedikit protes. Sekadar menyampaikan bukan teriak-teriak seperti orang sedang demo. Pisang kepok kesukaan matangnya tidak sesuai omongan. Merasa tidak enak dan tidak sesuai dengan janjinya, bapak itu hendak mengganti.
Sebenarnya Ibu tidak mengharapkan diganti, makanya beliau menolak. Ada rasa iba juga dan memaklumi kondisi bapak itu. Jualan pisang untung paling berapa? Ibu juga berpikir positif kalau tidak ada unsur untuk menipu dari bapak it
Andai tidak berpikir panjang dan jernih bisa saja Ibu saya marah-marah kepada bapak penjual pisang itu. Bisa dibayangkan apa yang terjadi? Kalau bapak itu tidak terima? Ribut jadinya. Sebaliknya kalau ia menerima, pasti akan mendapat rasa malu. Hubungan selanjutnya pasti tidak baik lagi.
Dari kejadian ini bapak penjual merasa bersalah dan hendak mengganti, sementara Ibu saya memaklumi kondisi bapak penjual. Akhirnya sama-sama enak.
Dalam kehidupan kita banyak hal yang sebenarnya bisa kita selesaikan dengan baik-baik, namun tak sedikit kita memilih untuk berselisih dan berakhir dengan rasa tidak nyaman. Saling menyalahkan dan membela diri. Bahkan urusan pun bisa sampai ke pengadilan.
Tentu saja akhirnya hubungan jadi tidak baik. Sesama teman dan saudara jadi renggang dan tidak bertegur sapa hanya karena hal sepele. Lupa, kalau semua adalah saudara.
||Pembelajarandarisebuahperistiwa