Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apakah yang Terlihat Itu Fakta?

31 Desember 2017   06:35 Diperbarui: 31 Desember 2017   08:39 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apa yang  Terlihat Itu Fakta? 01:20:05 | 31 Desember 2017

Bapak tua itu setiap hari sibuk bolak-balik naik sepeda berjualan. Usia enam puluh lebih masa bekerja mencari uang. Tak heran menjadi bahan bisik-bisik.

Apa yang dibisikkan? Pertama kasihan pada bapak itu. Masih ada rasa kemanusiaan. Masih ada rasa peduli walau hanya dalam kata.

Selanjutnya, mencibir dan gosip. Sasarannya adalah anak-anak bapak itu. Penilaian negatif jadi panduan.

Anak-anak tak punya rasa kasihan. Mengapa orang sudah tua masih dibiarkan bekerja? Keterlaluan. Padahal mereka anak-anaknya hidup lumayan ekonominya. Kenapa tega begitu? Pertanyaan bercampur menyalahkan.

Boleh bilang sebagian besar orang pasti memiliki penilaian demikian. Berpikir anak-anaknya tidak perhatian dan tak berbakti. Apalagi bapak itu kalau ditanya cuma senyum-senyum yang susah ditebak maknanya. Tidak ada informasi valid yang didapat.

Apakah yang dilihat itu adalah kebenaran? Kita kerap tak mengambil pembelajaran hidup dari masa lalu. Dimana kita tahu bahwa mata kita suka tertipu. Namun kita masih tetap cepat menyimpulkan dengan apa yang dilihat mata.

Dari kejadian tentang bapak yang setiap hari naik sepeda berjualan, akhirnya ditemukan fakta bukan karena anak-anaknya tak perhatian. Mereka sudah bosan dan kehabisan akal untuk mencegah, agar bapaknya tidak  berjualan. Sebab menurut mereka masih sanggup menghidupi orangtuanya.

Kesimpulannya adalah bahwa apa yang dilakukan bapak itu  semata kemauan sendiri dengan suka hati. Kesaksiannya, ia tak betah hanya duduk-duduk di rumah dan seperti bos yang cuma menerima setoran. Ia tidak ingin merepotkan anak-anaknya, karena merasa masih sanggup membiayai hidupnya sendiri.

Yang jelas lagi, ia kasihan kepada mereka sebab masih harus menghidupi anak-anaknya yang tentu membutuhkan banyak biaya. Begitu yang diungkapkan bapak itu suatu waktu untuk membungkam opini  hanya berdasarkan apa yang dilihat.

Apa tidak malu, saudara-saudari kalau sudah begitu? Eh, malu tidak, ya atau malah buat gosip baru lagi?

||Pembelajarandarisebuahperistiwa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun