Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lupa dan Marah, Itulah Namanya Manusia

6 Desember 2017   23:15 Diperbarui: 7 Desember 2017   07:15 1419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Namanya manusia memang tidak jauh dari lupa dan marah. Memang sudah dari sananya. Dari sifat jadi penyakit. Kronis lagi. Herannya masih banyak manusia yang merasa nyaman. Coba kalau penyakitnya itu tumor atau kanker pasti langsung panik.

Soal lupa dan marah ini saya punya sekelumit kisah dengan teman akrab di pabrik bagian office boy.Ia yang jadi tumpuan kebutuhan dapur. Karena saya masak sendiri, tidak makan katering yang disediakan.

Seringkali apa yang saya pesan selalu lupa dan lupa. Supaya tidak lupa, dikasih catatan malah hilang. Bagaimana tidak bikin marah?

Dimarahi ia malah menjawab enteng,"Namanya juga manusia, Pak!"

Ya, namanya juga manusia. Jangan pikir jawabannya membuat saya tambah marah. Tidak saudara-saudara. Tetapi saya ganti dengan menceramahi nya. Padahal saya bukan ustad,  pendeta atau biksu. Apa yang saya ceramahkan? Rahasia dong.

Jadi antara lupa dan marah itu sudah menjadi rutinitas kami. Saya sampai tidak habis pikir. Mengapa ia bisa begitu lupa terus? Sebaliknya mungkin juga ia berpikr penuh tanya. Kenapa saya dimarahi terus? Padahal sudah tiap hari diambilkan sayur.

Sampai suatu saat, kalau ada pesanan saya yang lupa diambil. Paling saya mengingatkan,  agar  besok jangan lupa diambil. Apa karena saya lupa marah atau sudah bosan? Mana ada bosannya kalau urusan marah?

Dari peristiwa di atas saya mencatat ada dua pembelajaran menurut versi Katedrarajawen. Silakan kalau mau bikin versi sendiri.

Ini adalah masalah persepsi yang sangat merugikan dalam hal pertumbuhan kerohanian kita. Dalam hidup tentunya kita wajib untuk terus bertumbuh semakin baik dari hari ke hari.

Bukannya semakin menyesatkan diri dalam kesalahan dengan persepsi yang salah.

Ketika kita melakukan hal yang salah, kita sering membuat pembelaan dengan berkata,"Namanya juga manusia!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun