Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sumbu Pendek

28 November 2017   14:08 Diperbarui: 28 November 2017   14:16 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bila dalam hidup ini selalu menggunakan sumbu pendek menghadapi segala masalah, mudah terbakar emosi. Masalah yang sepele akan  menjadi masalah yang besar dan membuat keadaan menjadi kacau. Niat baik dari seorang pun dapat dipahami menjadi tidak baik. Sebab kita lebih mengedepankan emosi. Bukankah hal ini sering kita alami?

Suatu hari saat hendak mengambil handuk di jemuran melalui jendela kamar. Ternyata sudah tidak berada di tempatnya. Ke manakah gerangan? Rupanya sudah berpindah tempat jauh dari jangkauan.

Pikiran saya langsung tertuju kepada seseorang. Ya, mbak yang setiap hari membersihkan mess. Saya menjadi agak kesal karena untuk mengambil handuk tersebut, saya harus keluar kamar dan jaraknya cukup jauh ke tempat handuk tersebut. Jadi repot, kan?

Dalam kesal saya berpikir dan bertanya. Kenapa handuk tersebut dipindahkan? Apa kurang kerjaan? Karena sumbu pendek yang digunakan saya tidak bisa berpikir panjang-panjang. Kalau Mbaknya ada pada saat itu mungkin sudah saya marah  habis-habisan. Untung sudah pulang.

Keesokan harinya baru saya tanyakan hal ini kepada mbak itu. Tentu saja sudah tidak kesal. Maklum sudah terbakar kemarin ya. Akhirnya saya baru menyadari kesalahan saya yang bersumbu pendek.

Jujur, jawabannya membuat saya merasa malu dan meminta maaf. Karena sudah salah paham padanya.

Ternyata mbak yang bernama Siti ini  memindahkan handuk saya tersebut karena takut kebasahan. Itulah sebabnya dipindahkan ke tempat yang tidak terkena cipratan air.

Sungguh niatnya baik. Namun karena saya  bersumbu  pendek Apa yang dilakukannya alih-alih mendapat apresiasi, malah saya salah pahami. Terlalu.

Begitulah dalam keseharian hidup kita bila tidak bisa melatih atau mengendalikan diri. Kita akan menjadi orang yang bersumbu pendek. Tidak bisa berpikir jernih. Pikiran negatif selalu menguasai. Gampang tersulut emosi. Seringkali jadi salah paham. Bukankah hal  ini menyebabkan hidup terasa tidak nyaman?

Bagaimana solusinya? Teorinya sangat mudah, klasik dan mendunia. Belajar berpikir positif, cek dan ricek terhadap suatu masalah. Gampang, kan? Tetapi sebenarnya yang lebih utama dan penting adalah melatih atau belajar pengendalian diri dari waktu ke waktu tiada putus.

Bila di dalam diri sudah terkendali, maka akan menghadapi segala masalah itu dengan hati yang baik. Otomatis akan selalu berpikir positif. Melakukan cek dan ricek. Bijaksana menghadapi suatu keadaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun