Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pagi

25 Desember 2015   20:45 Diperbarui: 1 April 2017   09:00 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 


Photo credit: bogaert from morguefile.com 
Pagi ~ 19:38 25 Desember 2015 
Pagi mentari bersinar cerah menyapa. Sayangnya manusia jarang menikmati lagi. Oleh kesibukan mendesak sejak mentari malu-malu muncul di ufuk sana.  Semua terburu-buru dengan urusannya sendiri.  Bangun pun terburu-buru, hingga tak sempat lagi menyapa Ilahi dan untuk mengucap syukur dengan wajah ceria.

Aroma wangi udara pagi pun tak sempat tercium lagi. Kicau burung nan merdu sudah tak peduli. Hidangan pagi pun dinikmati sambil ke sana-sini. Ritual minum kopi terasa basi. Orang-orang berlomba seakan hari hendak kiamat memacu kendaraannya sampai hilang peduli. Semau enak sendiri. Pagi pun berhias emosi.

Para ibu tak kalah sibuk mengurus si buah hati. Tak lupa berlari-lari sambil menyiapkan sarapan pagi.  Hadirnya mekar bunga melati yang mewangi tak ada rasa lagi. Lebih menarik sajian di televisi.

Sementara anak-anak tertatih menggendong tas yang berat sekali. Mata mengantuk melangkah dengan berat hati.  Nikmatnya udara pagi pun tak dimengerti. Dan anak-anak tak diajari untuk memahami.

Aku tak mengerti. Mengapa suasana pagi nikmat nan indah tak menarik lagi untuk dilalui dengan wajah berseri-seri. Semua katanya demi  tuntutan hidup masa kini.

Tuntutan zaman telah membuat  manusia mengingkari  untuk hidup alami. Selalu ada pembenaran untuk tidak  hidup sesuai irama hati. Keadaan selalu menjadi sumber kesalahan atas ketidakmampuan menjadi pengendali. Dan aku menjadi bagian dari semua ini.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun