Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wanita-wanita Pengganggu, Bertobatlah!

11 Mei 2013   14:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:44 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13682845221051286979

[caption id="attachment_260501" align="aligncenter" width="500" caption="Sefti Sanustika@pelitaonline.com"][/caption]

Adalah Sefti Sanustika, istri muda Ahmad Fathanah terduga kasus korupsi daging impor yang menyerukan, agar para wanita pengganggu suaminya untuk bertobat. Jadilah wanita terhormat.

Seperti yang dikutip Tempo.co, Kamis (9/5),"Kami berdo'a saja agar wanita-wanita tersebut diberi hidayah dan bertaubat, jangan lagi mengganggu suami orang."

Jadi Ayu Azhari, Vitalia Shesya, Tri Kurnia Puspita, dan Maharani Suciyono yang dikenal dekat dengan Fathanah dianggap wanita pengganggu? Wah..wah...

Alasannya kalau wanita baik-baik dan terhormat tidak mungkin akan menerima pemberian seorang pria beristri dalam jumlah tidak wajar. Ada benar.

Bagaiamana dengan seorang suami yang royal memberikan sesuatu secara berlebihan dan rajin merayu wanita? Apakah terhormat?

Tidak adil sepertinya hanya berharap para wanita yang menerima hadiah dari suaminya untuk bertobat. Bisa saja justru suami sendiri yang menjadi pengganggu wanita lain.

Selanjutnya, bisa jadi juga jangan-jangan diri sendiri yang harus bertobat. Sebab selama ini tidak melayani suami dengan baik, sehingga suami rajin mencari pelayanan khusus dari wanita lain.

Memang gampang melihat dan menunjuk kesalahan orang lain. Padahal yang lebih bersalah itu adalah diri sendiri. Tetapi oleh besarnya keegoan enggan untuk mengakui.

Seringkali juga kita lebih berharap orang lain untuk berubah. Sejatinya diri sendirilah yang harus berubah. Ya ampun, saya sendiri lebih parah. Belum bertobat juga, karena masih suka tergoda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun