Apakah kita harus menyalahkan otak yang menjadi pelakunya? Tentu tidak. Semua tergantung bagaimana kita menetralkan dengan menggali potensi sejati diri kita yang lebih bekerja. Dimana potensi diri kita yang pasti bersifat netral. Tidak akan menilai sesuatu dengan label baik atau buruk.
Untuk memulihkan potensi diri kita kembali bekerja, mau tidak mau kita perlu mengendalikan ego, agar tidak menjadi bos yang sok mengatur terus-menerus. Waktunya kembali menjadi bos yang duduk manis.
Dalam hal ini, perlu sebuah afirmasi atau penguatan 'saya tidak akan menilai apapun yang terjadi hari ini'. Setiap ada kemunculan untuk menilai pada saat itu juga kita sangkal. Pada waktunya potensi sejati diri mulai bekerja.
Tentu tidak ada yang mudah dalam hal ini dan kalau tidak mau dikatakan ini adalah usaha yang maha sulit. Perlu perjuangan ekstra. Sebab si bos tentu tidak ingin perannya digantikan yang sudah nyaman dengan posisinya saat ini.
Revolusi Diri
Terlepas kita akan berhasil atau tidak kelak dalam meruntuhkan tembok keegoan yang masih kokoh, yang terpenting adalah bangkitnya sebuah kesadaran untuk melakukan perlawanan dan revolusi diri atau hidup kita selalu dibawah penjajah kekuasaan sang ego. Sebab ini menyangkut perjalanan sejarah kehidupan kita.
Sejatinya hidup dikuasai oleh ego akan membuat ketidak-nyamanan. Sebab potensi sejati diri kita tidak bekerja dengan semestinya.
Lalu bagaimana dengan kita yang nyaman-nyaman saja yang sepenjang waktu hidup dalam penguasaan ego? Nyaman cuma kelihatannya. Damai hanya di permukaan belaka. Kenyataannya tidak demikian. Sebab hidup yang dikuasai ego membuat kita menderita secara jiwa. Tidak ada kedamaian batin dan jiwa yang hening. Stress akhirnya.
Tetapi ketika potensi sejati diri yang menjadi nahkoda kehidupan, maka keheningan dan damai yang sejati akan ditemui. Langkah awalnya ada menyadari akan keberadaan potensi sejati diri yang selama ini tersembunyi dan membebaskan diri dari penjajahan sang ego.
@refleksihatidipagihari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H