Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kita Tidak Layak Bertengkar hanya untuk Mengotori Kebaikan Hati

18 Februari 2013   05:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:07 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[Jangan bertengkar hanya untuk membuktikan siapa yang benar dan siapa yang salah. Kita masih bisa berdebat atau berdiskusi baik-baik. Kita pernah layak atau berharga untuk bertengkar demi untun mengorbankan kebaikan hati.| Ajahn Brahm]
#
Dua biksuni bertengkar hebat mempertahankan pendapatnya. Mereka merasa pendapatnya yang paling benar. Walau tidak sampai mencaci, tapi emosi sudah menyertai. Melihat kejadian ini seorang biksu menghampiri. Di depan biksu kedua biksuni masih saling menyalahkan dan merasa benar sendiri.

Lalu biksu itu mengatakan,"Kalian berdua bertengkar, maka keduanya salah. Tidak ada yang benar."

Seringkali kita berdebat sampai bertengkar dan mengeluarkan cacian hanya untuk mempertahankan gagasan dan pendapat yang belum tentu merupakan kebenaran yang sebenarnya.

Kita rela bertengkar mempertahankan sesuatu yang belum tentu lebih berharga daripada kebaikan hati kita.

Ketika bertengkar emosi muncul dan timbul kebencian. Tentu ini bukan kebenaran lagi. Sebab dalam pertengkaran sulit bagi kita untuk melihat dan memikirkan yang sebenarnya. Emosi dan benci akan menutupinya.

Jadi benarlah, di dalam pertengkaran itu tidak akan menjadikan kita benar. Siapapun yang terlibat dalam pertengkaran, maka kesalahan itu sudah pasti milik kita.

Sebab orang yang benar tidak akan dengan bodohnya terlibat dalam pertengkaran apapun alasannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun