[Jangan bertengkar hanya untuk membuktikan siapa yang benar dan siapa yang salah. Kita masih bisa berdebat atau berdiskusi baik-baik. Kita pernah layak atau berharga untuk bertengkar demi untun mengorbankan kebaikan hati.| Ajahn Brahm]
#
Dua biksuni bertengkar hebat mempertahankan pendapatnya. Mereka merasa pendapatnya yang paling benar. Walau tidak sampai mencaci, tapi emosi sudah menyertai. Melihat kejadian ini seorang biksu menghampiri. Di depan biksu kedua biksuni masih saling menyalahkan dan merasa benar sendiri.
Lalu biksu itu mengatakan,"Kalian berdua bertengkar, maka keduanya salah. Tidak ada yang benar."
Seringkali kita berdebat sampai bertengkar dan mengeluarkan cacian hanya untuk mempertahankan gagasan dan pendapat yang belum tentu merupakan kebenaran yang sebenarnya.
Kita rela bertengkar mempertahankan sesuatu yang belum tentu lebih berharga daripada kebaikan hati kita.
Ketika bertengkar emosi muncul dan timbul kebencian. Tentu ini bukan kebenaran lagi. Sebab dalam pertengkaran sulit bagi kita untuk melihat dan memikirkan yang sebenarnya. Emosi dan benci akan menutupinya.
Jadi benarlah, di dalam pertengkaran itu tidak akan menjadikan kita benar. Siapapun yang terlibat dalam pertengkaran, maka kesalahan itu sudah pasti milik kita.
Sebab orang yang benar tidak akan dengan bodohnya terlibat dalam pertengkaran apapun alasannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H