Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Berinternet Sehat: Berkomentar dengan Etika

2 Januari 2013   06:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:38 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walau hanya berinteraksi di dunia maya dan tak saling mengenal secara nyata. Tak ada alasan bagi kita untuk mengabaikan etika ketika harus saling berdebat dan berbeda pandangan.

Tak ada pembenaran bagi kita untuk mencaci-maki bagi yang tidak sependapat atau menulis sesuatu hal yang menurut kita tidak benar. Termasuk berkomentar menghujat para pejabat atau selebritis yang ketahuan berbuat salah.

Apalagi dalam forum yang notabene diisi makhluk-makhluk bernama manusia dengan membawa-bawa isi kebun binatang.

Bila itu teradi, sadarlah itu sesungguhnya menunjukkan siapa diri kita. Tidak usah merasa bangga ketika kita dengan gagah berani berkomentar kasar yang memancing debat kusir. Sebab yang ada kita telah mempermalukan diri sendiri.

Tak jarang juga di media sosial kita berkomentar yang saling bersahutan untuk menyudutkan seseorang ataupun pejabat publik tanpa risih. Malahan kita menikmati dan merasa puas.

Pada akhirnya menjadi tak lebih sekadar gosip. Semakin digosok semakin sip.

Tanpa kita sadar. Dengan komentar-komentar kita yang tanpa etika diam-diam ada yang menangis dan tersakiti.

Kalau kita berpikir, bahwa di dunia maya kita bebas berkomentar. Tentu ada cara pandang yang kurang tepat. Karena yang namanya kebebasan bukan berarti kita bebas melakukan apa saja. Ada kebebasan orang lain yang membatasi.

Berbeda pikiran dan keyakinan bukan berarti kita harus saling bermusuhan dan saling memaksakan kehendak. Namun justru mestinya menjadikan kita untuk saling lebih menghargai.

Ada orang lain melakukan kesalahan bukan berarti kita wajib untuk memberikan pelajaran dengan menyudutkan. Kalau untuk mengingatkan dan menasehati tentu itu adalah kewajiban.

Tentu kita perlu ingat. Walau hanya sebuah komentar dan dengan identitas tidak jelas. Kita tidak bisa lepas dari bayangan kita sendiri. Bisa jadi komentar itu menjadi jejak yang abadi.
Dalam berkomentar, andai saja kita tidak bisa memuji kelebihan orang lain, mungkin lebih baik kita tidak berkomentar yang melukai perasaan orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun