Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Omong Kosong Tentang Sebagai Paling Benar

24 Desember 2012   17:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:05 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selalu merasa paling benar dan tahunya menyalahkan, menandakan kebatinan kita masih dikuasai ego. Nurani belum menjadi tuan rumah. Hanya bisa omong kosong.

Ini sekadar cerita basi. Tapi bila mau sejenak dipikir tetap masih memberikan arti. Apalagi diresapi dengan sedkit kelembutan hati.

Empat biksu muda sepakat untuk bermeditasi selama seminggu tanpa bicara. Mereka menyalakan lilin yang ditaruh di tengah.

Seharian keempat biksu bertahan dalam diam sesuai kesepakatan. Namun menjelang malam lilin hampir padam.

Salah satu biksu tanpa sadar berkata pelan,"Aduh, udah mau gelap lilinnya hampir padam, gawat!"

Temannya yang di sebelah mengingatkan,"Ssssstt...kita kan sudah janji gak boleh bersuara!"

"Eh, kenapa kalian berdua berbicara sih?" desis biksu ketiga.

"Ha ha ha..kalian bertiga gagal untuk tidak bicara. Cuma saya sendiri yang bisa diam. Yeaaaach!" teriak biksu yang keempat yang membuat teman-temannya saling berpandangan menggaruk kepalanya yang plontos.

Sungguh omong kosong bukan? Kenyataannya justru biksu keempat ini suaranya yang paling keras.

"Kalian salah. Saya yang benar." Begitu prinsipnya. Padahal diri sendiri justru yang paling bersalah.

"Kamu salah, saya yang benar." Kenyataannya justru saya yang menjadi biang kesalahan.
Ketika kita emosi, kita menyalahkan orang lain yang menjadi penyebabnya. Padahal itu terjadi karena kita tidak mampu menahan emosi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun