[caption id="attachment_231713" align="alignnone" width="565" caption="kehadiran cucu Sang Presiden yang membawa bahagia@Tribunnews.com"][/caption] Tak sadar dan tak kuasa air mata bercucuran di hari yang masih pagi ini. Membaca kisah tentang seorang wanita pemulung yang harus kehilangan balita tercinta. Sang balita harus pergi selamanya tak jauh dari istana negara. Sang ibu adalah salah kaum miskin di negeri yang dikuasai para koruptor ini. Anaknya mati karena tak ada biaya untuk berobat ke rumah sakit. Kemiskinan yang membawanya jauh dari Rangkas Bitung, Banten ke Jakarta untuk sekadar menjadi pemulung bersama anaknya. Lebih menyedihkan lagi, anak sudah mati tak ada biaya untuk menguburkannya. Terpaksa sang ibu mengendong anaknya yang sudah kaku pulang ke kampung menumpang kereta api. Ini hanyalah satu kisah sedih, tepatnya teramat sedih yang harus dialami di negeri kaya bak surgawi. Dimana para pemimpinnya masih dapat hidup bersuka cita dan berpesta di atas penderitaan dan kesedihan rakyatnya. Kepedulian yang ada sekadar kamuflase saja. Sementara kekayaan negara dikuras demi untuk kepentingan segolongan saja. Kesedihan yang teramat sangat seorang wanita pemulung yang harus kehilangan anak karena kemiskinan. Apakah akan terasa di istana negara? Tak berselang, semua kesedihan terlupakan. Tersiar kabar gembira, telah lahir cucu Sang Presiden dengan fasilitas mewah. Senin, 24/12/2012 pukul 00.01 di RS Pondok Indah, Jakara, Siti Rubi Aliya istri dari Edhie Baskoro Yudhoyono melahirkan seorang putra. Airlangga Satriadi Yudhoyono itulah nama cucu Sang Presiden. Sebagai seorang kakek, Sang Presiden pantas untuk bahagia dan bersuka cita atas kelahiran cucu tercinta. Namun sebagai seorang pemimpin, Sang Presiden pun layak untuk bersedih atas penderitaan rakyatnya yang tampak di depan mata. Bila sang wanita pemulung dapat menghibur diri atas kematian anaknya dengan berkata,"Ini sudah takdir!" Apakah Sang Presiden akan berkata,"Ini memang takdir kalau rakyat harus menderita untuk kesejahteraan pemimpinnya!"?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H