Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Omong Kosong Tentang Pahlawan Devisa

19 Desember 2012   02:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:24 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kisah pilu para TKI yang menjadi pembantu di luar negeri di Timur-Tengah, Malaysia, Singapura, dan Hong Kong sudah bukan cerita baru lagi.

Cerita tentang penderitaan dan penyiksaan oleh para majikan begitu kerap kita dengar. Banyak yang dalam keadaan cacat dipulangkan.

Sudah kehilangan harga diri diperlakukan semena-mena oleh majikan. Bisa pula kehilangan nyawa karena dihukum mati.
Sungguh menyedihkan nasib para pahlawan devisa ini. Boro-boro penghargaan disematkan. Nasibnya yang tersiksa di negeri orang seakan sulit diselamatkan.

Ada yang tersandung kasus pembunuhan dan menunggu dihukum mati. Melihat realita ini sungguh tidak adil.

Kita tidak berusaha mengerti. Mengapa mereka sampai nekad membunuh majikannya. Keadilan yang selama ini tidak ditegakkan.

Para majikan bisa memperlakukan seenaknya para pembantu. Dipukul, disetrika, dan diperkosa. Tapi mereka bisa bebas-bebas saja. Bahkan bisa balik memfitnah pembantunya yang tak berdaya.

Akibat akumulasi perlakuan para majikan kepada para pembantu layaknya budak membuat mereka stres. Tidak heran banyak yang melarikan diri rela untuk melacurkan diri demi mempertahankan hidup.

Yang tidak bisa kabur, ada yang sampai nekat membunuh majikannya. Karena sudah tidak kuat menahan beban. Resikonya hukuman mati menunggu.

Apa yang bisa dilakukan negara yang mengijinkan mereka pergi ke negeri orang mencari nafkah?

Setengah hati. Sebab mereka cuma dianggap pembantu! Jadi omong kosong soal gelar Pahlawan Devisa itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun