Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengejar Duniawi, Melupakan yang Sejati

16 Desember 2012   13:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:33 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kita sendiri menjadi saksi. Bahwa kehidupan dunia lebih memikat hati. Manusia berlomba mengejarnya setengah mati. Ada yang berpikir hidup hanya sekali. Ada pula yang lupa diri. Terjerumus dan tak bisa berhenti.

Kehilangan diri yang sejati. Tenggelam dalam warna-warni nafsu birahi. Mengutamakan mencari materi. Saban hari tenggelam dalam urusan ragawi. Iri dengki dan benci masih setia menemani.

Agama sekadar identitas diri. Urusan kerohanian lebih sebagai seremoni. Akibatnya tak mampu membuat nurani bersemi.

Berseru kepada Tuhan tak lebih dari basa-basi. Suara Tuhan saja tak peduli. Terhadap kebenaran telinga menjadi tuli. Disuruh saling mengasihi malah saling membenci.

Jalan-jalan kesesatan terbuka lebar untuk ditelusuri. Demikian manusia menyukai. Sementara Jalan-jalani Kebenaran semakin tak diminati.

Ada yang berpikir, menjadi rohani di Jalan Ilahi akan kehilangan dunia ini. Tidak memiliki kebebasan lagi. Ini namanya menyesatkan diri sendiri. Tidak mengerti bahwa kerohanian adalah untuk menggapai abadi.

Bukan sekadar menjadi rohani. Namun tiada henti menyelami ke samudra nurani. Introspeksi sepanjang hari. Tetapi berapa banyak yang bisa seperti ini?

Sekali lagi. Warna-warni dunia lebih menarik minat untuk digeluti. Dosa atau akherat urusan nanti. Bagaimana bila tiba-tiba mati?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun