Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ketika Aku Menipu dengan Menulis

28 November 2012   06:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:33 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sejujurnya harus kukatakan semua yang ada. Entah berapa banyak aku menipu sidang pembaca. Menuliskan hal-hal yang bukan sesungguhnya.

Tahukah sahabatku semua?
Berapa tipuan yang telah terlaksana?

Ketika aku sedih, aku malahan menulis tentang rasa gembira. Aku menulis tentang ketenangan, tatkala aku dibalut angkara murka.

Pada saat aku sedang membenci, sebaliknya aku menulis tentang mengasihi pada sesama. Aku menulis tentang memaklumi dan memaafkan, mana kala sedang mengalami kecewa.

Di lain waktu aku sedang dalam keadaan menderita, aku menulis tentang perasaan bahagia. Aku menulis hal-hal yang menguatkan, ketika aku tak berdaya.

Pernah juga pada saat aku berbuat kesalahan, aku menulis kebenaran yang bermakna. Tak jarang sewaktu hidupku dirundung masalah, aku menulis seakan-akan aku baik-baik saja.

Dulu pada masa yang sudah kulupa. Aku hidup dalam kemalangan, aku justru giat menulis agar jangan berputus asa. Ketika aku mengalami kehilangan, aku menulis harapan yang selalu ada.

Dalam masa-masa aku hampir kehilangan pada Yang Maha Kuasa, Aku berusaha menulis tentang selalu untuk percaya pada-Nya.
Begitulah selama ini aku menipu sidang pembaca. Maaf, bila harus ada yang kecewa dan tak percaya.
Parahnya lagi tidak sedikit yang tertipu dalam hal mengolah kata. Dikiranya aku penulis luar biasa. Padahal hanya biasa-biasa. Tak ada yang istimewa. Ini bukan pamer kerendahan hati, tapi kebenaran adanya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun