Marzuki Alie saat berada di kediaman, Kompleks Widya Chandra, Jakarta//Tribunnews.com
Dalam acara Fatayat Nahdlatul Ulama, yang diadakan Cawagub Jakarta, Nachrowi Ramli, Ahad 26 Agustus 2012. Ketua DPR RI menegaskan untuk memilih pemimpin yang seiman. Karena itu adalah keharusan sebagai Muslim.
Pernyataan Marzuki Alie ketika itu secara tersirat jelas mendukung pasangan Foke-Nara dan jangan memilih pasangan Jokowi-Ahok.
Namun usai acara, Marzuki Alie menegaskan agar warga Jakarta harus bisa menerima pemimpin non Muslim bila kelak memang terpilih.
"Islam memang menganjurkan umatnya memilih pemimpin seiman, tapi jika pemimpin yang terpilih non-muslim, kita harus menerima, tidak ada masalah," ujar Marzuki Alie seperti yang dikutip dari Tempo.Co.
Dengan kata lain, kalau sampai non Muslim yang terpilih jadi pemimpin, itu artinya sudah takdir. Jadi mau tidak mau harus diterima dan itu tidak masalah.
Dengan bahasa lainnya, yang utama piliihlah pemimpin yang seiman. Karena itu yang seharusnya. Namun apabila yang terpilih non Muslim mau tidak mau harus rela. Bukan begitu, Pak Alie?
Mencermati Pilkada DKI Jakarta yang semakin ramai soal memilih pemimpin yang seiman yang dilontarkan para tokoh belakangan ini.
Moga-moga saja kata "seiman" itu tidak dipahami dalam arti seiman dalam hal yang negatif. Seiman dalam korupsi misalnya.
Jangan-jangan ini yang terjadi selama ini, sehingga tidak heran korupsi semakin merajalela. Gawat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H