Kini tertidur semuanya. Bukan tubuh saja. Tapi pun ikut tertidur jiwa.
Begitulah manusia. Malam tertidur raganya. Siang terlelap jiwanya.
Terpesona dalam kehidupan dunia. Melupakan surga. Sibuk mencari bahagia. Tetapi melahirkan derita.
Terlena oleh kekayaan dan harta. Lupa kerohanian dan pahala.
Bicara tentang kebenaran malah tertawa. Membahas kemaksiatan itu yang disuka.
Raga tertidur begitu pula jiwa. Hilang kesadarannya. Tak tahu diri siapa. Ingat-ingat lupa.
Ada lagi kaum beragama. Paling pandai melihat si ini-si itu berbuat dosa. Padahal dirinya paling berdosa.
Katanya beragama. Tetapi sibuk menghakimi yang berbeda. Nama Tuhan dibawa-bawa. Untuk menghakimi yang dianggap berdosa. Membunuh pun tidak apa-apa.
Bila tak tidur jiwanya. Tentu kebodohan ini tidak ada. Bila akal sehat bekerja. Yang adalah perasaan tak tega. Mengasihi sesama. Betapapun ia berdosa.
Ketika aku berpikir dan berkaca. Inilah gambaran diriku yang nyata. Celaka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H