Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Preman Kok Bicara Soal Manusiawi?

27 Februari 2012   10:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:53 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_173847" align="aligncenter" width="400" caption="freedigitalfhotos.net "][/caption] Maaf kalau saya tidak manusiawi, sebab harus geli dan menahan tawa saat membaca berita yang menulis. Bahwa para pendukung atau anak buah John Kei berteriak akan menuntut polisi. Karena dianggap tidak manusiawi saat menangkap John Kei. Begitu juga pengacaranya berkoar, bahwa akan ada demo besar-besaran di kantor polisi berkenaan dengan tindakan polisi yang dianggap tidak manusiawi. Bukankah wajar, kalau mereka protes diperlakukan tidak manusiawi? Sebab preman juga manusia! Tapi aneh saja. Ketika mereka berlaku tidak manusiawi terhadap orang lain. Bisa tertawa dan tidak perlu merasa bersalah. Seperti yang kita ketahui, John Kei dengan kelompoknya bergerak dalam dunia premanisme yang dilegalkan dalam bentuk ormas. Tindak-tanduk mereka dalam menangani kasus selama ini jauh dari manusiawi. Misalnya dalam penagihan tunggakan yang macet. Tidak jarang dengan kekerasan. Bahkan terdengar kabar John Kei pernah memotong dua jari lawan. Kasus terbaru, malah John Kei bersama puluhan anak buahnya menghabisi Tan Harry Tantono alias Ayung, sahabatnya yang juga boss PT Sanex Steel Indonesia. Keterlibatan John Kei tidak diragukan. Dimana didukung oleh berita yang saya kutip dari Tempo Interaktif, "Keterlibatan John dalam pembunuhan Tan menjadi terang-benderang ketika polisi
membuka rekaman CCTV Swiss-Belhotel.
Menurut sumber Tempo, rekaman itu
menunjukkan, pada pukul 21.28, bersama
belasan anak buahnya, John Kei menuju kamar Ayung di kamar 2701." Menurut saya, begitulah sifat preman. Mau menggigit tapi tidak mau digigit. Saat menganiaya atau membunuh, mereka tidak peduli dengan bahasa manusiawi. Namun pada saat mereka diperlakukan kasar sedikit saja. Sekonyong-konyong, bisa langsung ingat masalah manusiawi. Aneh. Satu lagi sifat preman adalah mereka yang selalu benar. Menganiaya dan membunuh akan dianggap benar. Karena itu memang pekerjaan mereka. Tapi ketika ada anggota kelompoknya yang terluka karena melawan aparat yang hendak menangkap, maka aparat akan dianggap salah. Mereka akan fasih berbicara soal manusia dan HAM. Sebenarnya baguslah masih ingat dan memiliki sifat manusia. Kalau begitu jangan jadi preman lagi. Atau jangan-jangan hanya untuk mengelabui?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun