Ini ibarat seseorang pegawai lama yang iri terhadap pegawai baru yang lebih berprestasi. Karena kemampuannya yang pas-pasan, sehingga posisinya jalan di tempat.
Seorang pegawai baru yang lebih berprestasi, sehingga cepat naik jabatan dan menjadi kesayangan bos. Tentu ini membuat sirik pegawai lama.
Inilah yang kemudian membuat pegawai lama tersebut untuk mencatat setiap kesalahan pegawai yang lebih berprestasi itu. Lalu dilaporkan ke atasan untuk mencari muka. Bukannya ia merenungi dan intropeksi atas kesalahannya. Mengapa prestasinya tidak meningkat.
Begitulah sikap sirik itu membuat kita menjadi seorang jagoan melihat kesalahan orang lain.
Kesimpulannya. Ketika kita hendak mengkritik seseorang atau suatu persoalan. Teliti terlebih dahulu. Apakah kita murni dan sungguh-sungguh melakukannya demi kebaikan. Tidak ada unsur sinisme dan sikap sinis.
Tidak perlu menjadi orang yang kelihatan baik dengan sikap sinis dan sirik kita. Bila tak ada niat baik dalam mengkritik, saya pikir lebih baik duduk diam saja.
Tapi diam-diam saya masih berpikir keras. Apakah tulisan ini ada unsur sinis dan sirik?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H