Pernahkan Anda, para sahabat bertemu atau berkawan dengan seseorang yang mempunyai kebiasaan suka mengolok-olok kita lalu tertawa dengan lucunya?
Ketika kita agak tersinggung dan hendak marah, maka dengan santai ia akan berkata,"Cuma bercanda, masa gitu aja marah? Payah, lu!"
Di lain waktu bila kita yang menggolo-oloknya, maka ia akan tersinggung dan marah.
Kita berkata,"Kan cuma bercanda. Masa gitu aja marah?"
Dengan muka merah ia menyahut,"Ini sih bukan bercanda namanya, tapi keterlaluan."
Wah, sudah lupa tuh, padahal seringkali mengolok-olok kawannya dengan riangnya.
#
Ada lagi seorang bawahan yang setiap kali diadakan rapat, selalu saja komplain dan kritik pada atasannya. Ia selalu merasa pendapatnya yang paling benar dan seringkali memaksakan kehendaknya.
Suatu hari ia yang naik jadi pimpinan dan seperti umumnya sebuah perusahaan pemasaran setiap hari selalu diadakan rapat harian.
Bila dulu saat jadi bawahan selalu getol mengkritik atasannya, namun saat ia jadi atasan tidak ada anak buah yang boleh mengkritik keputusannya.
Kalau ada yang berani mencoba, resikonya kalau tidak dikeluarkan ya akan menjadi bulan-bulanan kemarahannya dan urusan dipersulit.
#
Dua ilustrasi di atas bisa saja ada kita temui dalam kehidupan nyata atau bahkan orang yang suka mau menggigit dan mau menang sendiri itu adalah diri kita sendiri.
Kalimat peribahasa "Mau menggigit tapi tidak mau digigit" mungkin kita sudah bosan mendengarnya dan memahami maknanya dengan baik. Mau menang sendiri.
Sama halnya dengan istilah "Mau untungnya saja tapi tidak mau rugi".
Tentu kita bisa menilai sendiri bagaimana orang yang memiliki sifat demikian. Bagaimana sulitnya berhubungan dengan orang yang hanya ingin menang sendiri.
Tetap sabar berhubungan atau mengambil langkah seribu.
Kalau sanggup tentu kita perlu menasehati atau menyadarkannya. Tetapi kalau tidak memang lebih baik menghindari.
Bagaimana bila ternyata orang yang memiliki sifat mau memang sendiri dan sukanya menggigit itu adalah diri kita sendiri?