Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Debat Agama, Capek Deeeehhh.....

25 Juni 2011   02:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:12 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari gini masih ada yang suka debat agama? Memangnya kenapa? Suka-suka saja! Bukankah kita masih bisa memilih untuk menjadi bagian dari perdebatan itu?

Ya, hari gini baru saja saya bertemu perdebatan soal agama di dunia nyata, setelah sebelumnya di dunia maya, makanya pagi ini saya terinspirasi untuk menuliskannya.

Memang tidak ada salahnya untuk terus memperdebatkan tentang kebenaran agama dan keberadaan Tuhan. Memang tidak ada salahnya untuk berdebat tentang kebenaran agama dan membuktikan agamanya yang paling benar. Karena memang setiap manusia masih memiliki keegoan untuk melakukannya dengan segala pembenaran.

Kalau berdebat bisa untuk membuka pemikiran dan menuju pencerahan akan pemahaman tentang kebenaran dan Tuhan, bukankah itu adalah hal yang baik?                                                                                                                              Kalau perdebatan itu bisa membuka wawasan dan menambah pemahaman yang lebih baik tentang agama, bukankah itu menyehatkan pikiran?

Tetapi namanya manusia yang masih memiliki kegoaan, hal itu memang sulit terjadi,  masing-masimg ingin mendikte dan menguasai, bahwa pendapatnya yang paling benar, karena bersumber dari Tuhan. Ini juga tidak salah, karena kebenarannya demikian adanya.

Yang terjadi kemudian keegoan semakin menjadi-jadi. Keluarlah caci-maki dan saling menghina, lalu emosilah yang lebih berbicara. Kata-kata semakin tak terarah. Dari api kecil di hati, lalu bisa membakar bangunan-bangunan yang berdiri megah.

Apabila dipikir dengan jernih, maka sebenarnya perdebatan tentang agama dan Tuhan tidak akan menemukan ujungnya. Lebih rumit dan sulit daripada untuk bisa menemukan jarum dalam tumpukkan jerami. Kalau begitu, bukankah, capek deeehh...???

Namun sekali lagi, selagi masih ada manusia dan beragama di atas bumi, maka perdebatan ini tak akan mungkin berakhir. Jadi seharusnya kita juga tidak perlu sinis ataupun antipati mengahadapi perdebatan agama yang masih ada. Semuanya adalah tergantung kepada diri kita sendiri. Menjadi bagian dari perdebatan yang tiada habisnya itu atau duduk diam dengan manisnya. Diam itu emas, looooh....!

Mau terus berdebat atau diam, silakan pilih sendiri dengan konsekwensinya. Kini saatnya saya lebih memilih berhenti melanjutkan tulisan ini, masalahnya sedang capek deeeeh....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun