Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Salawat Nabi Mengiringi Puja-puji Baktiku Pada Thien Ti

21 April 2011   12:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:33 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika diri ini dapat selalu membuka hati, maka suara dari arah manapun akan terasa indah menyentuh kalbu....

Malam ini, aku berpuja bakti dan berdoa dalam keheningan hati. Sementara di seberangnya dari speaker masjid mengalun salawat nabi.
Terdengar jelas melengking menembus telingaku.

Sejenak aku terdiam dan memusatkan konsentrasi dan menenangkan hati. Tak perlu aku harus merasa terganggu.
Tetapi justru aku berusaha meresapi alunan salawat itu. Walaupun aku tak tahu makna yang terkandung.

Yang jelas pasti alunan itu adalah puja-puji kepada Rasulullah, seperti halnya yang sedang aku lakukan memuja-muji Sang Thien (Tuhan) dan Guru Agung.

Walaupun ada yang mengatakan tidaklah sama, bagiku apapun caranya adalah jalan kebenaran menuju kebaikan mencapai Tuhan.
Walaupun ada yang mengatakan caranya adalah yang terbaik, bagiku yang terbaik adalah ketika memahami inti ajarannya dan mewujudkannya dalam kehidupan.

Salawat nabi mengalun begitu indah mengiringi puja-puji baktiku malam ini.
Aku melakukan apa yang harus aku lakukan tanpa harus merasa terganggu. Apalagi mengusik batinku.

Lebih dari itu, kubiarkan keindahan itu membelai telinga dan mengisi relung-relung hatiku.

Aku tidak tahu, dan memang tidak mau tahu, apakah ini bentuk toleransi atau ada rasa tak enak hati.
Tetapi yang ingin kukatakan adalah apakah itu suara salawat nabi atau kidung pujian dan parita suci, aku selalu membuka hatiku untuk mendengarkannya.

Salawat nabi yang masih mengalun saat menuliskan tulisan ini, biarlah itu menjadi suara semesta yang dapat menumbuhkan bunga-bunga toleransi di hatiku!

 

* Sang Thien=Yang Maha Tinggi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun