Apakah manusia dapat menentukan kelahiran dan kehidupan sesuka hatinya?
*
Ketika mulai menulis fiksi "Satu Cinta Dua Agama" tentang kisah cinta seorang pria beragama Buddha dengan seorang wanita beragama Islam, saya dan Fitri y. Yeye beranggapan kisah ini hanya fiksi semata.
Tetapi seiring cerita ini berlanjut, saya baru menyadari ternyata apa yang kami tulis bukanlah fiksi semata. Ternyata saya baru ingat dan menemukan bahwa perkawinan beda agama, antara pria buddhis/Tridharma dengan wanita muslim banyak disekitar kita.
Bahkan adik ipar saya, adiknya yang beragama Buddha belum lama ini menikah dengan seorang wanita beragama Islam. Begitu juga kakaknya.
Saya juga baru ingat, ternyata banyak teman-teman yang beragama Buddha/Kong Hu Cu di Serang yang menikah dengan penduduk asli beragama Islam.
Dari berbagai kasus perkawinan beda agama, khususnya pria buddhis dengan wanita muslim, saya menemukan ada yang tetap hidup sesuai agamanya masing-masing. Namun tak sedikit juga yang kemudian menjadi mualaf _baik dengan sepenuh hati maupun demi memudahkan pernikahan dengan wanita pujaannya_ dan saya juga menemukan yang wanita kemudian menjadi pengikut Buddha.
Saya bukanlah ahli agama untuk menjelaskan masalah dari segi agama, yang sedikit saya ketahui adalah bahwa jika seorang pria muslim masih dibolehkan menikah dengan seorang wanita non muslim (khususnya wanita penganut agama Samawi). Namun adalah haram hukumnya seorang wanita muslim menikah dengan pria non muslim.
Tetapi tetap saja ada kasus perkawinan beda agama _ khususnya pria non muslim dengan wanita muslim_ yang terjadi tanpa dapat dicegah karena atas nama cinta.
Yang menarik dari gejala sosial yang ingin saya tuliskan adalah ternyata teman wanita dekat istri saya seorang muslim menikah dengan seorang pria buddhis dan anaknya lebih memilih dibaptis menjadi pengikut Yesus.
Mengapa semua ini bisa terjadi?
Namun demikianlah kebenarannya yang telah terjadi dan mereka tanpa masalah berarti menjalani kehidupan mereka?
Apa yang telah terjadi bukankah itu namanya takdir?
Begitulah kehidupan, itulah jalan hidup manusia yang sulit diduga. Dalam pernikahan tentu saja semua agama mensyaratkan umatnya untuk menikah dengan pasangan yang sama agar timbul kesepahaman. Tetapi apakah dalam hidup kita bisa memilih?