Macetpun bisa dijadikan santapan yang lezat bila disikapi dengan suasana hati yang terbuka.
*
Pagi-pagi hendak berangkat kerja, belum sampai jalan raya kemacetan sudah menjebak tidak jauh dari rumah. Tidak seperti biasanya yang lancar-lancar saja.
Selama ini kemacetan selalu menjadi masalah yang melahirkan keluh-kesah, kedongkolan hati dan kepusingan tersendiri.
Tak jarang pula melahirkan teriakan dan caci-maki serta keributan.
Tapi kemacetan yang saya temui hari ini, _seperti gambar yang sempat saya jepret ini_ dengan santai saja saya nikmati dengan berselancar sambil membuka-buka tulisan atau menjawab tanggapan para sahabat di Kompasiana.
Saya pikir daripada mumet dan Membuang-buang energi karena macet yang memang sudah menjadi makanan sehari-hari, lebih baik ngenet saja.
Selain terhindar dari pikiran dan suasana hati yang negatif, justru dapat menumbuhkan pikiran dan suasana hati yang nyaman dan positif. Memanfaatkan sedikit waktu menggoreskan beberapa kalimat inspirasi.
Seperti kata-kata ini cukup bermanfaat "Daripada berkeluh-kesah dan mengutuki keadaan, lebih baik nikmati dengan hati yang damai".
Kemacetan bagi kita yang tinggal di wilayah Jabodetabek, bukankah selama ini sudah menjadi keseharian dan santapan yang mau tidak mau harus dialami?
Mengapa kita harus terus mempermasalahkannya setiap hari? Karena dikeluhkan atau tidak, bukankah kemacetan tetap saja akan kita temui?