Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dewi, Sang Malaikat Kecil di Bumi (Inspirasi Untuk Wanita 18)

30 Januari 2011   15:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:03 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12964021101979344785

Yang ada dilubuk hatinya adalah semata-mata karena rasa iba dan tidak tega. Apalagi bila pengemis itu sudah tua atau seorang ibu yang menggendong bayi. Spontan ia akan memberikan uang jajannya yang tersisa.

Terlepas apakah pengemis itu apakah asli atau hanya sekadar menyamar untuk menipu. Tetapi Dewi melakukan semua itu karena rasa iba yang kemudian menjadi mengasihi.

Tak jarang juga Dewi membawa susu atau makanan kering dari toko orangtuanya untuk dibagikan pada hari tertentu.

Sebenarnya selama ini melakukan secara diam-diam. Hanya seorang sahabat baiknya yang jelas mengetahui apa yang dilakukan Dewi. Sahabat baik Dewi itu adalah keponakanku yang bernama Intan.

"Intan kadang jadi malu oom pada diri sendiri. Dewi bisa melakukan semua itu dengan ikhlas, sedangkan aku rasanya berat untuk mengulurkan tangan membantu. Ada saja pembenarannya, sedangkan Dewi bisa spontan memberikan apa yang dimilikinya!" Demikian curhat ponakanku, Intan.

"Apa yang dilakukan Dewi adalah panggilan hatinya, sehingga apa yang dilakukannya adalah sebuah ketulusan. Karena ia lebih memikirkan kepentingan orang lain daripada dirinya. Nah, kalau Intan dan oom masih lebih memikirkan diri sendiri, sehingga ada saja alasan untuk tidak mengulurkan tangan." Kataku dengan rasa kagum kepada Dewi. "Tapi Intan tentu perlu belajar pada Dewi tentang bagaimana mengasihi orang lain!" Nasehatku kepada keponakanku yang tak kalah manis dengan Dewi.

"Iya, oom, Dewi itu kan sembahyangnya sama Dewi Kwan Im yang merupakan dewi yang welas asih itu!" Intan menerangkan.

"Dewi Kwan Im memang menjadi simbol dewi yang welas asih bagi sebagian besar masyarakat tionghoa. Dewi memujanya dan bisa belajar semangat dari Sang Dewi welas asih itu. Sebenarnya demikianlah tujuan kita menyembah!" Kataku memberikan pemahaman kepada Intan.

"Kata Dewi juga ia ingin belajar seperti Dewi Kwan Im yang welas asih dan selalu ingin menolong kesusahan semua makhluk hidup. Dewi itu orangnya memang tidak tegaan sama binatang sekalipun, makanya dia itu vegetarian, tidak makan makanan yang bernyawa!" Kata Intan menjelaskan sedikit tentang sosok Dewi yang ia tahu.

Dunia ini sebenarnya masih dipenuhi orang-orang yang baik, salah satunya adalah Dewi. Yang masih hidup dinaungi nuraninya yang masih bersih. Ia bagaikan malaikat kecil yang siap menolong siapa saja yang dalam kesusahan.

Dewi adalah salah satu manusia yang masih lebih memikirkan orang lain daripada dirinya. Tak bosan ia mengularkan tangannya untuk memberi tanpa pamrih. Karena apa yang dilakukannya adalah wujud dari hatinya yang welas asih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun