Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pemimpin yang Mengharukan, Melalui Tindakan

25 Januari 2011   03:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:13 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang pemimpin sejati adalah yang tidak pernah berkeluh kesah dalam segala kesulitan. Tetapi ia bisa mengharukan orang-orang yang dipimpinnya dengan tindakan!


*
Dalam sebuah film kisah tentang "Tiga Negara_Sam Kok" diceritakan tentang seorang Jenderal Zhou yang diperankan bintang terkenal Andy Lau.
Walaupun dalam sejarahnya dikenal sebagai pahlawan yang gagal, namun ia adalah seorang jenderal dan pemimpin yang luar biasa.

Sebagai seorang pemimpin, Sang Jenderal selalu berdiri paling depan dan tidak berani mengeluh atau terlihat lemah.
Dikisahkan ketika itu, Sang Jenderal sudah terluka parah, tetapi ia menutupi dan tetap bertahan seakan tidak terjadi apa-apa.

Hal itu dilakukan demi tidak melunturkan semangat pasukannya.
Tetap berdiri gagah sebagai seorang jenderal besar dengan mengesampingkan kelelahan dan rasa sakitnya.
Tak ada seorangpun dari pasukannya yang mengetahui hal ini.

Tetapi tatkala seorang diri di dalam kamar yang sunyi, barulah ia berani menyeringai dalam rasa sakitnya.
Barulah ia berani menjerit kesakitan.
Sang Jenderal benar-benar memegang teguh prinsip sebagai seorang pemimpin sejati.

Ia memang manusia biasa yang memiliki sisi lemah sebagai manusia. Tetapi karena ia merasa, bahwa ia adalah manusia terpilih sebagai seorang jenderal yang telah berpuluh kali memenangi peperangan. Ia merasa tak layak untuk menjadi lemah dalam kesakitannya yang bisa meruntuhkan semangat pasukannya.
Sebagai seorang pemimpin, Sang Jenderal bahkan tidak berani mengeluhkan hal ini kepada orang terdekatnya sekalipun.
Teguh dan kuat menahan diri.
Tetapi ketika pasukannya mengetahui keadaan Sang Jenderal yang sebenarnya, justru mereka merasa bersalah tidak memperhatikan keadaan Sang Jenderal.

Mereka merasa bangga dan semakin hormat serta bertambah semangat untuk berperang. Tidak ingin mengecewakan pimpinannya yang telah demikian berkorban.
Yang bahkan tidak memikirkan keadaan dirinya sendiri.

Begitulah seorang pemimpin sejati, ia bisa mengharukan orang yang dipimpinnya melalui tindakan, bukan kata-kata. Keharuan yang menimbulkan keinginan yang berlipat.
Ia menyemangati dengan tindakannya yang tidak berkeluh kesah dalam kesulitan apapun.

Sebagai seorang pemimpin sejati, ia bisa menyembunyikan kelemahan-kelemahannya. Mengesampingkan kepentingan pribadinya.
Karena jiwa pengabdian dan mengayomi adalah hidupnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun