Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Surat untuk Sahabat: Derita Pasti Akan Berlalu

13 Januari 2011   10:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:38 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk Sahabatku dimanapun berada yang hidup dalam beban dan penderitaan:

Sahabatku,
Tak tahu sudah berapa banyak beban penderitaan yang telah engkau lalui. Airmata yang ada tiada tersisa lagi untuk dialirkan.
Seakan perasaanmu telah mati dan kehilangan emosi untuk berteriak lagi.
Aku tahu, semua derita yang ada telah membuatmu kehilangan harapan dan putus asa. Semua gairah kini hilang bagai tenggelam dalam samudra.

Cobaan tak pernah sepi mengiringi. Kemiskinan seakan tak ingin memisahkan diri. Kisah cinta yang tak pernah bersemi. Sakit penyakit yang juga menggerogoti.
Hidup dalam caci maki dan terisolasi. Dipandang hina dan  dalam fitnah.
Aku tak bisa membayangkan betapa pahitnya perjalanan hidupmu.
Engkau tampak lebih tua dari umurmu demi menanggung semua ini.

Sahabatku. . .
Penderitaan ini, yakinlah bukan hukuman. Tetapi adalah pengingat akan hidup masa lalumu untuk meraih impian hidupmu kini.
Aku tahu telah banyak doa dan pengharapan yang telah engkau gantungkan. Namun semua seakan sia-sia, sebab tiada jawaban. Menghadirkan sejuta tanya.
Tetapi percayalah, semua pasti akan ada akhirnya.
Teruslah berdoa dan berusaha. Percaya dan yakinlah, pasti ada keindahan pada akhirnya.

Sahabatku,
Ijinkanlah aku meneteskan airmata ini untukmu. Biarkan aku merasakan beban dan kesedihanmu.
Aku tahu hal ini tak banyak membantu, tetapi bila Tuhan mengijinkan, aku rela untuk menanggung bebanmu bersama.
Sebab aku ingin sekali melihatmu tersenyum. Sesuatu yang sudah lama tak menghiasi wajahmu.

Sahabatku . . .
Penderitaan dan kesedihanmu pasti akan berlalu seiring waktu yang melaju. Yakinkan, karena aku akan menemani dalam setiap langkahmu. Sebab aku adalah sahabat yang menyayangimu.
Aku ingin menangis untukmu hari ini. Bukan tangisan kesedihan, tetapi adalah airmata kebahagiaan.

Sahabatku,
Aku ingin bernyanyi dan menari bersamamu. Dalam iringan lagu kegembiraan dan sorak-sorai memuji Tuhan. Kita harukan semesta alam untuk memberikan energi dan cahaya kehidupan.
Lepaskan segala beban yang ada. Tertawalah bersamaku, buang segala ragu.

Sahabatku,
Mari ulurkan tanganmu dan jabat erat dalam genggaman persahabatan. Sebab aku menyanyangimu sebagaimana adanya kamu.
Aku tidak akan pernah meninggalkan dan melupakan dirimu, sebab engkau bagai belahan jiwaku.

Sahabatku,
Asa akan selalu ada dan tersenyumlah kepada dunia, karena duniapun akan tersenyum padamu.
Kebahagiaan akan ada menanti, maka itu tertawalah saat ini sebab semestapun akan ikut tertawa untuk mencerahkan dirimu.

Sahabatku,
Aku disini dan tetap menanti serta setia menemani mengarungi samudra derita ini. Kekuatan cinta ini akan membuat engkau dan aku kuat melalui semua gelombang yang ada.

Ttd

Sahabat Setiamu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun