Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

#N (Nilai Kehidupan)

28 Desember 2010   12:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:17 2457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

REFLEKSI DIRI DARI A-Z:


Manusia diciptakan dengan sempurna, maka hidupnya harus bernilai. Apa nilai-nilai kehidupan yang telah kuberikan?

*
Harimau mati meninggalkan tulang dan manusia mati meninggalkan nama. Begitu peribahasa yang sering aku baca dan dengar sejak dulu.
Nama dalam hal ini adalah berhubungan dengan nama baik atau nama buruk.
Semua itu tentu berhubungan dengan nilai-nilai kehidupan yang telah diberikan selama hidup. Baik atau buruk semua tergantung sedari masih hidup.

Bila menjalani hidup ini sesuai hakekat kehidupan dan ajaran agama, tentulah akan bisa meninggalkan nilai yang baik dan berguna. Tetapi bila hanya menjalani hidup ini sekadarnya dan semaunya serta tidak mengindahkan ajaran agama, tentulah sulit bisa meninggalkan nilai hidup yang baik, yang ada adalah sia-sia.

Pada hakekatnya hidupku mestilah ada nilai-nilai luhur kebaikan yang bisa kuberikan. Menjadikan aku sebagai manusia yang berarti dan berguna bagi sesama. Bisa memberikan keuntungan bukannya kerugian.

Apakah warisan bernilai yang bisa kutinggalkan bagi kehidupan ini ketika ajal menjemput? Sudahkah hidupku membawa manfaat bagi orang lain selama in?
Itulah yang harus kupikirkan, kutanyakan, dan kurenungkan mulai saat ini sebelum saat itu tiba.
Seekor ayam, bebek atau sapi setelah mati saja bernilai untuk dinikmati dagingnya.
Bukankah aku harus lebih bernilai lagi dari seekor binatang?
Bukan mati dengan kesia-siaan dan tanpa ada nilai sama sekali.

Apakah nilai-nilai kehidupan yang bisa kulakukan?
Saling menolong, peduli, dan mengasihi sesama, itulah pengajaran kebaikan universal. Melakukan kebaikan sesuai nurani. Selalu mengikat jodoh baik dengan semua makhluk.
Mengulurkan tangan untuk meringankan beban orang yang membutuhkan. Memberikan penghiburan bagi yang kesusahan.
Bahkan sebuah senyuman tulus bisa bernilai membangkitkan kelesuan bagi yang sedang dalam penderitaan.

Sebenarnya masih banyak kebaikan yang bisa kulakukan agar menjadikan hidup ini bernilai. Selalu mendoakan dan berpengharapan demi kebaikan dan kebahagiaan orang lain, tiada alasan untuk tak bisa kulakukan.

Memberikan motivasi bagi yang sedang dalam kelesuan tak kalah bernilainya. Membangkitkan bagi yang sedang dalam kejatuhan pun bisa bernilai.
Menunjukkan jalan yang benar bagi yang dalam kesesatan pasti bisa menjadikan hidup ini bernilai.

Menjadikan hidup ini bernilai dengan perbuatan, bukan dengan selalu menilai nilai-nilai kehidupan orang lain, pastilah akan meninggalkan nilai yang lebih berarti bagiku.
Semoga kesadaran ini menjadikan aku mulai menciptakan nilai-nilai kehidupan atas waktu yang masih tersisa ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun