Akal budi manusia, bila selalu dapat difungsikannya setiap saat, maka ia akan dapat kokoh, kekotoran duniawi dan nafsu tak akan menenggelamkannya!
*
Sering kita mendengar atau membaca kata-kata kehidupan, bahwa lingkungan dapat mempengaruhi sifat atau karakter seseorang. Bila sedari kecil tumbuh di lingkungan yang baik, maka kemungkinan besar anak akan tumbuh menjadi baik. Begitu juga sebaliknya. Bila anak-anak tumbuh di lingkungan yang buruk, kemungkinan besar kelak akan menjadi jahat.
Semua ini tak bisa kita pungkiri.
Ada lagi kalimat yang mengatakan, bila seseorang bekerja di tokoh bunga, maka harum bunga akan ada padanya. Bila ia bekerja di penjualan ikan, maka bau amis tentu tercium pada dirinya.
Kalimat ini membuktikan lagi, bahwa lingkungan mau tidak mau sangat mempengaruhi pertumbuhan hidup manusia.
Dengan kata lain, bila kita hidup bergaul dengan orang baik, maka akan menjadi baik. Tetapi bila hidup bergaul dengan orang jahat, maka akan menjadi jahat.
Apakah demikian lemahnya kita yang bernama manusia, sehingga demikian mudahnya dipengaruhi lingkungan?
Kenyataannya membuktikan demikian adanya!
Banyak manusia menjadi rusak dan terjerumus dalam kesalahan karena dipengaruhi lingkungan yang buruk.
Padahal sesungguhnya manusia sungguh mulia dan makhluk yang sempurna. Dikaruniai Tuhan Hati Nurani yang terisi akal budi dan kearifan sebagai penerang kehidupannya.
Bila kita mau membuka diri dan mau belajar kepada satu makhluk yang bisu sebagai guru, yaitu yang bernama IKAN di lautan, maka ada keselamatan yang menaungi.
Ikan-ikan walaupun hidup di lingkungan asinnya air laut, tetapi rasa asin itu tidak dapat mengasini tubuhnya. Luar biasa, bukan? Tentu ada ilmu (zat) tersendiri yang dimiliki ikan.
Begitu juga sesungguhnya manusia, bila mampu menggali potensi dan kemampuan nurani yang dimiliki berupa akal budi. Maka pasti tidak akan terpengaruh oleh debu-debu duniawi kehidupan yang menenggelamkan dirinya. Terhanyut oleh buaian nafsu dan kesalahan.
Ia akan kokoh dan kotoran duniawi tidak dapat membuatnya menjadi hina dina.
Bila manusia dapat dengan sadar untuk selalu menggunakan akal budi dan kearifan yang ada pada dirinya, kesucian akan menjadi miliknya. Manusia yang berakal budi, tidak akan kalah oleh keadaan. Ia dapat hidup dalam kebenaran walaupun kesalahan berada disekitarnya.
Akal budi adalah pusaka milik manusia. Itulah kebenarannya!
Sayangnya, manusia seperti aku, lebih memilih hidup dalam pembenaran atas kesalahan-kesalahannya karena tak bisa menggunakan akal budinya.
Sungguh bodohnya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H