Kate van Brekeeley selalu terobsesi untuk menemukan wanita keibuan seperti ibunya. Karena sejak remaja Kate van Brekeeley harus kehilangan ibu tercinta, karena sakit yang dideritanya.
Hingga kini ia tak bisa melupakan akan kebersamaan dan kasih ibunya.
Pada sore hari sesuai waktu yang dijanjikan , Kate dan Pak Arif berangkat ke rumah Lurah Desa Rangkat untuk melaporkan kedatangannya. Dalam perjalanan, mereka bertemu dengan beberapa penduduk Desa Rangkat yang ramah habis dengan senyuman selalu menghiasi. Ada playboy Ibay dan Lala yang sedang mejeng, di pos ronda. Ada Miss Rochma yang naik sepeda onthel baru pulang mengajar. Ada juga Joko Erdhianto yang sedang menunggu pelangagan becaknya. Seperti asik sedang membuka laptop bututnya. Ada lagi Azaleallistin anak ABG yang baru pulang sekolah.
Kebetulan Pak Yayok sedang bersantai di depan rumahnya sambil menikmati mabca koran sore.
Melihat kedatangann tamunya, segera beliau menyambut dengan ramah penuh persahabatan.
"Selamat sore, silahkan duduk!"
"Ini Pak Lurah, Tuan Kate yang baru datang dari ke kota ke desa kita!"
Pak Arif memperkenalkan.
Saat itu muncullah Bu Lurah Mommy dari dalam. Rupanya baru saja selesai mandi. Diantara rasa terkejutnya melihat tamu yang datang, Mommy berusaha bersikap ramah dengan senyum terkulum.
"Oh, ternyata ada tamu jauh nih! Kenalkan, Mommy!"
Kate van Brekeeley menjadi salah tingkah bisa melihat dari dekat wanita yang mempesona hatinya. Dadanya menjadi berdetak kencang.
Mengulurkan tangannya untuk menjabat erat uluran tangan Mommy.
Setelah itu Mommy pamit kebelakang bermaksud untuk menyiapkan minum.
Diberanda rumah yang asri, Pak Lurah, Kate dan Pak Arif asik berbincang-bincang.
Lurah Yayok menceritakan kemajuan dan kedamaian Desa Rangkat tak lepas dari peran istrinya, Mommy, yang begitu aktif berperan.
Tak lama kemudian hadir seorang gadis cantik ceriwis yang tak lain adalah anak Pak Yaok dan Mommy yang bernama Cinta.
Melihat ada cowok ganteng dan bening di rumahnya tanpa ba bi bu langsung menyosor memperkenalkan dirinya.
Sebisanya mencari perhatian.
Sampai kemudian Mommy muncul membawakan kopi dan goreng pisang hangat. Meminta Cinta untuk segera kebelakang.
Waktu tanpa terasa begitu cepat berlalu, hingga memaksa Kate harus segera berpamitan. Meninggalkan seribu tanya di hati akan perasaannya yang tidak karuan.
Mengapa ia begitu tertarik pada Mommy yang jelas-jelas milik pria lain, seorang suami yang baik.
Inikah yang namanya cinta itu buta? Membutakan hatinya untuk jatuh cinta pada wanita yang salah.
Sayup-sayup terdengar suara azan magrib yang sedikit menenangkan hatinya. Tetapi tanya itu tak berhenti sampai malam menjelang pagi.
Cinta . . . Cinta . . . Biarlah waktu memberikan damainya untukku.
Cinta . . . Cinta . . . Janganlah kau butakan hatiku.
Tidak! Jangan menyiksa begini.....
Demikian suara batin Kate van Brekeeley saat mulai terdengar suara kokok ayam dari kejauhan.