Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hai Ni Pu Te (害你不得)

6 September 2010   08:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:25 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masihkah kita memiliki hati yang tidak
tega, ketika hidup dalam keadaan harus
berbuat tega demi kehidupan terus
berlanjut?

* * * + + +
Film Harry Potter terkenal ke seluruh dunia, tak kecuali sampai ke Taiwan juga. Tapi saya tidak sedang ingin menceritakan tentang film Harry Potter, namun sesuatu hal yang berhubungan dengan kata "Harry Potter" .

Seorang teman dari Taiwan ini
mengatakan, supaya pengucapan kata Harry Potter lebih pas dalam bahasa mandarin diejalah pengucapannya menjadi "Hai Ni Pu Te ( 害你不得)" kalau secara harafiah diterjemahkan menjadi "Tidak Tega Mencelakaimu", seperti sebuah judul lagu cinta saja.

Dari kata "Tidak Tega Mencelakaimu" ini tanpa sadar memberikan sebuah inspirasi dan renungan bagi saya.
Saya merasa, meraba, dan merenung, serta bertanya-tanya kepada diri sendiri.
Apakah saya masih mempunyai hati yang tega untuk mencelakai orang lain?
Sementara saya pernah mendengar seseorang mengatakan, bahwa pada jaman sekarang agar bisa hidup harus tega!

Benarkah?

Kenyataannya memang demikian oleh keadaan dan pekerjaan kita telah dilatih dan terbiasa untuk menjadi tega untuk mencelakai orang lain. Baik secara halus maupun secara kasar.
Tega untuk berbohong, tega untuk menipu, dan tega menjerumuskan.

Demi mendapatkan uang untuk hidup, seseorang tak segan-segan menjadi tega untuk mencelakai.
Demi untuk menyelamatkan muka, nama baik, kedudukan, kekuasaan, dan gengsi dengan tega bisa mencelakai orang lain.
Demi untuk menjaga harga dirinya seseorang dengan teganya mencelakai harga diri.
Demi untuk tidak mempertanggung jawabkan perbuatannya yang telah menodai wanitanya, seorang pria dengan tega dapat mencelakainya.
Tak tega mencelakaimu, tentunya
berhubungan dengan nurani. Bila kita masih mempunyai hati yang tidak tega untuk berbuat sesuatu yang bisa merugikan dan menyakiti orang lain, ini menandakan nuraninya masih berfungsi dengan baik.
Tetapi bila sebaliknya, berarti masih perlu dipertanyakan keberadaan nuraninya.

Saya berharap, semoga kita masih memiliki sebuah prinsip hidup yang tak tega untuk mencelakai orang lain apapun alasan dan pembenarannya.
Tak tega mencelakaimu orang lain
sesungguhnya juga adalah untuk
menyelamatkan diri kita sendiri.
Menyelamatkan nurani sesuai dengan fungsinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun