Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengapa Kita Membelenggu dan Mengekang Diri Sendiri???

1 September 2010   08:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:32 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kita adalah bagian dari dunia ini dan dunia ini adalah bagian dari kita juga. Engkau adalah aku dan aku adalah engkau. Bagaimana dikatakan kita ini berbeda?

* # * # * #

Ada sebuah cerita inspiratif tentang air yang terdapat didalam kendi.
Air yang ada didalam kendi begitu merasakan kenyamanan dan terus ingin berada didalamnya.
Ketika air didalam kendi diletakan ditengah samudra, ia tetap merasa bahwa ia adalah air didalam kendi. Ia tetap merasa nyaman sebagai air didalam kendi. Ia masih sekuat tenaga mempertahankan diri dan membatasi dirinya dengan kendi yang kokoh. Ia tidak ingin bergabung kedalam air di samudra luas. Walaupun ia merasa nyaman, namun terkadang merasa tak berarti bila dibandingkan air yang ada di samudra luas.

Sebagai air didalam kendi di tengah lautan luas, sebenarnya ia merasa ketakutan juga terombang-ambing kesana-kemari dalam kungkungan sebuah kendi. Tetapi demi mempertahankan diri sebagai air didalam kendi, ia tetap tidak ingin meleburkan dirinya di samudra luas.

Padahal bila air didalam kendi ini mau melepaskan diri dari kendi yang ditempatinya, maka ia akan menyatu didalam air samudra yang begitu luas. Ia akan merasakan kebebasan dan menjadi bagian dari air yang ada di samudra luas.
Sungguh indah dan membahagiakan, bukan?

Begitu juga, kita manusia yang hidup di alam semesta ini. Lebih memilih membelenggu dan mengikatkan diri kita dalam suku, ras, agama, dan lainnya. Kita berusaha untuk menciptakan perbedaan dengan ciri dan simbol-simbol. Mengkotak-kotakkan diri dalam wadah tertentu. Bahkan terkadang kita harus merasa lebih superior daripada yang lain. Padahal sesungguhnya itu menunjukkan ketakutan kita sendiri untuk dapat membaurkan diri dengan yang lain.

Saya percaya, bahwa Tuhan menciptakan keberagaman ini adalah untuk saling menghargai dan dapat menyatukan diri sehingga menciptakan sebuah keindahan.

Tetapi karena ego dan keangkuhan, kita akhirnya membelenggu diri kita dengan berbagai macam sekat. Salah satunya adalah agama.
Dimana tujuan agama adalah untuk menciptakan kedamaian, namun justru seringkali menciptakan kekacauan.

Bila setiap diri kita mau menyadark,an bahwa kita adalah warga dunia dan mau menyatukan diri kita sebagaimana adanya maka lahir kebersamaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun