Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menutup Mata Sambil Membayangkan!

25 Juni 2010   14:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:17 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kemunafikan begitu banyak ditemukan disekitar kita. Mungkinkah kita sendiri yang menjadi salah satu orang yang _ paling _ munafik...! [caption id="attachment_177521" align="alignleft" width="268" caption="neollene.com"][/caption] * * * Seseorang yang tak perlu disebutkan namanya mengeluhkan dengan nada guyon, "Ih, sebel deh, dengan kasus video pornonya Ariel dan Luna, dan Cut yang suka menari itu. Waktu teman-teman gua setel, gua sih langsung menutup mata! " "Masak sih, yang benar???"Selidik seorang kawan. "Iya, gua tutup mata aja, tapi gua juga langsung membayangkan, kalau yang jadi Arielnya itu gua, hua ha hah haaaaaaaaaaaaaaa......." " Sompret lu!!!" ****** Ada lagi seorang kawan yang minta namanya tidak dicantumkan. Bukan Kompasianer tapi suka membaca Kompasiana berkomentar, " Kate, kamu kok suka nangkring di Kompasiana sih? Kalau aku perhatikan, tulisan yang bertemakan seks selalu jadi terpopuler. Kalau Gua sih malas baca tulisan yang begituan. Mendingan gua merem aja deh!' "Emang kenapa sih, bro? " Dengan tidak bernafsu aku bertanya. "Ya, enakkan gua meremin mata, terus gua bayangin soal seks itu. Dengan begitu kan lebih enak...ha hahahahahahh hahahahha........" Cekikikan kawan ini. " Dasar, otak mesum!" Teriakku. * * * Seringkali perilaku kita berbanding terbalik dengan apa yang kita katakan. Bergitu juga dengan apa yang kita katakan, tak jarang berbeda jauh dengan apa yang ada didalam pikiran dan hati kita. Antara apa yang dipikirkan tidak selaras dengan apa yang dikatakan. Pandai berbicara tentang kebenaran, namun menjadi penuh kebodohan karena tak bisa menjalankannya. Begitu pandainya kita berbicara tentang mengasihi Tuhan, namun dihati penuh kebencian kepada sesama. Begitu manisnya mulut ini memuji-muji, tetapi didalam hati terisi penuh kedengkian. Kapankah kita dapat menyelaraskan antara hati, pikiran , dan perbuatan ? Adakah waktu sejenak bagi kita benar-benar untuk menutup mata penuh rasa malu dan penyesalan untuk merenungkannya? Pada waktunya, dengan penuh keberanian tanpa rasa malu lagi kita dapat mengatakan, " Saya Buka Orang Yang Munafik!!!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun