Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gentleman, Ternyata Masih Ada!

3 Mei 2010   06:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:27 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diantara yang tidak baik ,kita masih tetap perlu untuk optimis, bahwa masih ada yang baik

Hari pertama menelusuri jalanan Jakarta setelah hampir tiga tahun tidak menikmatinya , sudah mulai bikin pusing kepala . Kemacetannya tidak berkurang , tetap sama .
Tetapi perjalanan ini tetap harus ditempuh menuju kantor .
Ini adalah hari pertama , berkantor kembali di Jakarta .

Demi untuk menghindari kemacetan , para pengendara sepeda motor lebih memilih naik ke atas trotoar agar lebih cepat sampai tujuan . Tapi entah mengapa saya tak tertarik untuk mengikuti , walaupun saya sadar , saya pasti akan telat sampai ke kantor .

Laju kendaraan di jalanan Jakarta seperti yang kita tahu adalah serba cepat , sedangkan saya rata - rata hanya 60/km . Bahkan kalah dengan kecepatan pengendara wanita atau ibu - ibu sekalipun .

Sedang santai-santainya , tiba-tiba ada kendaraan yang rem mendadak , mau tidak mau saya pun harus merem juga . Tetapi dibelakang ada sepeda motor melaju dengan kencangnya dan menyenggol kaca spion sepeda motor saya . Ketika berhenti dan menurunkan kakinya diaspal , kakinya tergilas oles roda depan sepeda motor saya .

Saya berpikir pengendara ini akan marah , seperti umumnya ! Tetapi ia langsung pergi sambil mengangkat tangannya dan saya menangkap isyarat ini sebagai tanda permintaan maaf dan mengakui bahwa ia yang bersalah .

Kejadian ini mungkin kita jarang menemukan disaat orang-orang yang inginnya hanya menang sendiri. Sudah salah menyalahkan, tak jarang justru lebih galak lagi.

Tetapi hari ini saya bisa menemukan orang yang masih berani berlaku gentle dan ini juga yang seharusnya berlaku untuk saya dan kita semua !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun