Untuk bersikap jujur pada keadaan normal saja sulit dilakukan , apalagi harus jujur ketika telah bersikap tidak jujur! Sungguh muka mau taruh dimana dan beban berat untuk menanggung rasa malu !
Setelah menulis sekian banyak tentang kejujuran , ternyata saya tetap belum bisa dan berani bersikap jujur 100 % . Tapi minimal saya masih berani bersikap jujur pada diri sendiri bahawa saya belum juga bisa jujur pada setiap keadaan . Yang paling parah adalah masih menyimpan kebohongan pada Tuhan dalam perilaku sehari-hari .
Untuk itu saya tidak berani minta maaf , selain menyadarkan diri dan bertekad untuk merubahnya segera .
Banyak yang mengatakan untuk menjadi jujur itu sulit , itu adalah realitanya. Bila demikian pasti lebih sulit lagi untuk bersikap jujur ketika telah bersikap tidak jujur .
Tidak heran , begitu kita akan mati-matian untuk menutupi ketidakjujuran yang telah dilakukan . Segala cara dilakukan agar tidak terbongkar . Bahkan ketika ketahuan pun , kita masih akan rela membela diri dengan membayar mahal pengacara atas nama hukum dan HAM .
Luar biasa ! Contoh nyatanya adalah para koruptor di negeri ini . Belum ada sejarahnya , ada koruptor yang berani jujur mengakui perbuatannya dan meminta maaf kepada rakyat yang uangnya telah diambil . Yang ada , adalah pembenaran , tidak tahu atau khilaf . Akibat rasa malunya .
Kesalahan ditutupi kesalahan !
Ada yang mengatakan , semua ini karena urat malunya sudah putus , tapi menurut
saya justru karena urat malunya terlalu alot , sehingga tidak bisa dikendurkan.
Yang lebih utama , kita tidak berani bersikap jujur pada ketidakjujuran adalah akibat kebesaran ke-malu-an alias benar - benar malu_sekali !
Masih banyak contoh - contoh yang bisa kita temukan dikehidupan sehari-hari tentang ketidakjujuran yang telah dilakukan namun tiada nyali untuk mengakuinya ketika ketahuan .
Bila berani berlaku tidak jujur ,seharusnya berani juga untuk berlaku jujur , mengapa mesti malu mengakuinya ?
Keangkuhan terlalu tinggi , sehingga tiada kerendahan hati untuk mengakui kesalahan .
Bila malu untuk jujur telah bersikap tidak jujur , seharusnya tidak boleh berani untuk melakukan hal yang tidak jujur. Mengapa tidak malu untuk berani melakukannya ?
Karena kebodohan dan ketidaksadaran dirinya sebagai manusia yang bermartabat dan mulia .
Itulah yang seringkali dan masih terus berlangsung di negeri yang katanya religius ini . Ketidakjujuran ditutupi lagi dengan ketidakjujuran demi ketidakjujuran .
Mengapa sulit untuk jujur pada ketidakjujuran?
Mengapa tidak ada niat baik untuk membuka ketidakjujuran itu dengan sebuah kejujuran untuk kebaikan dan meringankan beban rasa bersalah ?