Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tidak Usah Hidup, Bila Tidak Mau Ada Resiko dan Cobaan!

28 Februari 2010   03:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:42 3163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hidup adalah pertarungan tiada akhir menghadapi resiko dan cobaan, jadi hadapilah semuanya dengan suka cita , bukannya dengan keluh kesah ! [caption id="attachment_83173" align="alignleft" width="195" caption="http://smagapala.blogspot.com/"][/caption] "COBAAN ITU BAGIAN DARI HIDUP. HIDUP ITU MENGANDUNG RESIKO. KALAU HIDUP TIDAK MAU RESIKO, YA TIDAK USAH HIDUP! " * * * * * Demikian dikatakan Walpres Boediono pada peringatan hari ulang tahunnya yang ke - 67, seperti yang diceritakan koran Kompas, Sabtu (27/2). Sangat menarik sekali pernyataan ini. Pernyataan ini pasti ada hubungannya dengan keadaan yang sedang dihadapi Pak Boediono . Karena sejak menjadi Walpres tiada hari tanpa cobaan yang menghampiri berhubungan dengan kasus Bank Century yang sampai saat ini masih hangat. Bisa dibayangkan apabila kita berada diposisi beliau. Bagaimana kita bisa menghadapi semuanya dan tetap bisa menjalani hidup ini dengan normal. Hidup ini adalah lautan masalah dan perjalanan yang penuh dengan resiko dan cobaan. Harus siap dan berani menghadapinya bila tetap ingin menikmati hidup selanjutnya dengan damai dan tanpa bermasalah. Hidup akan menjadi lebih hidup bila ada cobaan dan resiko yang harus dihadapi, maka itu harus berani. Namun walaupun hidup tetapi selalu takut dengan cobaan dan resiko, hidup ini sudah seakan-akan seperti mati. Siapapun kita dan dalam keadaan yang bagaimanapun , orang kaya maupun orang susah. Orang bodoh maupun orang pintar. Orang penting maupun orang biasa. Pejabat atau petani, pasti mempunyai resiko dan kesulitannya masing-masing. Itulah namanya kehidupan di dunia. Mungkin kita pernah mengeluhkan, mengapa masalah dan cobaan datang silih berganti tanpa berhenti dalam hidup kita. Seakan - akan hanya kita yang merasakan masalah dan penderitaan tersebut. Padahal begitu banyak yang menghadapi masalah yang sama, namun tetap masih bisa bersyukur. Berapa banyak manusia yang harus mengakhiri hidupnya karena tidak sanggup menghadapi cobaan yang menghampirinya setiap saat . Berapa banyak pula diantara kita yang harus mengalami gangguan jiwa atau stress berkepanjangan ketika tak sanggup menghadapi beban dan resiko yang datang silih berganti. Berapa banyak diantara kita yang menjadi pecundang ketika harus bertarung melawan cobaan dan resiko hidup ini yang demikian beratnya. Yang menyebabkan tak sanggup untuk memikulmya. Tetapi ingat juga ada berapa banyak pula diantara kita yang dengan gagah beraninya menghadapi setiap cobaan dan tantangan dalam hidupnya. Resiko dan cobaan bagaikan sebuah tantangan yang menjadi motivasi yang menggairahkan bagi orang-orang yang ingin meraih impian hidupnya. Tak terhitung pula diantara kita yang menganggap cobaan dan resiko hidup sebagai berkat yang perlu dinikmati dengan senyuman dan rasa syukur. Karena cobaan adalah jalan untuk semakin menguatkan dan mendewasakan, bagi yang sudah mengerti maknanya sebuah cobaan. Sekarang kita adalah insan-insan yang telah terlahir ke dunia ini, begitu banyak cobaan dan resiko yang telah menanti untuk dihadapi. Apakah kita memiliki keberanian atau ketakutan untuk menghadapinya? Sekarang kita sendiri pula yang harus memilih, mau menjadi pecundang atau sang juara ketika berhadapan dengan resiko dan cobaan! Semoga kita dapat memilih dengan hati yang pasti agar tidak mengecewakan diri kita sendiri kelak sebagai manusia yang dilahirkan oleh seorang ibu yang mulia. Juga tidak akan mengecewakan Tuhan yang telah menciptakan kita dengan sempurna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun