Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Tunjukkan Kebenaran dalam Perilaku!

3 Februari 2010   13:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:06 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila kebenaran hanya jadi pembicaraan, maka kebenaran itu telah kehilangan maknanya.... [caption id="attachment_67478" align="alignleft" width="300" caption="http://taufiqsuryo.wordpress.com"][/caption] Seorang staff ditempat kerja hari ini mengajukan kebutuhan untuk keperluan karyawan. Karena menurutnya sudah setahun lebih, masa pengajuannya. Yang seharusnya adalah setahun sekali. Tapi seingat saya, kebutuhan itu sudah dipenuhi belum lama, kurang lebih baru setengah tahun. Akan tetapi staff ini yakin sekali, sudah setahun lebih pengajuannya. Dia juga merasa belum lama, tapi menurut cacatannya memang sudah lebih setahun. Saya masih menyarankan untuk coba-coba ingat lagi, siapa tahu lupa dicatat. Akan tetapi ia sudah begitu mantap dan yakin, karena saya tidak mau banyak berdebat, akhirnya saya ajak ke kantornya untuk memeriksa catatannya. Ia dengan yakin menunjukan catatan pemasukan barang, bahwa memang, terakhir kebutuhan barang itu masuknya bukan oktober 2008. Itu berarti memang setahun lebih. Namun saya tetap yakin juga kalau memang ada kesalahan, namun saya berusaha untuk tidak menyalahkannya. Oleh sebab itu saya mencoba memeriksa buku catatannya sekali lagi. Benar saja, begitu sekali periksa saya langsung menemukan kebenaran itu, bahwa kebutuhan barang tersebut terakhir kali dipenuhi pada akhir Juli 2009. Staff ini awalnya heran sendiri, lalu saya mengingatkan lagi saat barang itu datang dan disimpan dimana. Baru kemudian mengiyakan. Sebenarnya banyak pembelajaran yang saya petik dari kejadian ini. Namun ada dua pembelajaran yang menarik bagi saya dalam peristiwa ini. Yang pertama adalah bahwa seringkali kebenaran itu ada didepan mata kita namun kita masih belum menyadarinya . Dengan kebenaran yang ada malah kita melakukan kesalahan yang tak seharusnya. Demikian dalam hidup ini , kita dikelilingi kebenaran namun kita enggan untuk menggali dan memanfaatkannya untuk menuntu kita menjadi benar. Kebenaran yang sesungguhnya ada didepan mata jadi tersembunyi karena kita lalai menemukannya. Oleh sebab itu ketika ada yang menunjukan kepada kita, seharusnya dengan jiwa besar kita dapat menerimanya. Bukan dengan arogan dan sombong menolaknya untuk menutupi kesalahan kita. Yang kedua, bahwa ketika kebenaran hanya dibahas dengan kata-kata, sering timbul masalah jadi perdebatan yang membangkitkan masing-masing merasa benar tanpa penyelesaian yang baik. Yang ada juga justru semakin membuat kita bersalah dengan membesarkan keegoan kita masing-masing. Kebenaran bagaimanapun benarnya tetap tak ada gunanya apabila hanya jadi pembicaraan. Kebenaran akan menjadi benar apabila bisa dapat ditunjukan dalam perilaku kehidupan nyata. Kalau kebenaran hanya menjadi pembicaraan ia bukan kebenaran lagi. Jadi, tunjukanlah kebenaran itu dalam sikap hidup kita, itulah kebenaran yang tak bisa dibantah lagi. Semoga selalu ada kebenaran didalam diri kita semua untuk menjadi benar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun