Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kematian

18 Februari 2014   16:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:43 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tujuan kita terlahir ke dunia tak lain adalah agar kita dapat berarti bagi sesama. Saling tolong, saling mengasihi, saling peduli dengan berbagai cara yang dapat kita lakukan. Jalan bakti atau pelayanan merupakan pilihan yang terbaik.

Sebelum Kematian

Kematian adalah pasti. Waktunya kapan itu yang selalu menjadi misteri. Mempersiapkan diri dengan hidup sesuai nurani itu pilihan yang suci. Sebab itu adalah belahan jiwa yang sejati.

Perbanyak kebaikan, kurangi kejahatan dan selalu menyucikan hati dan pikiran itu yang perlu dijadikan pedoman hidup sebagai manusia.

Semua yang berbentuk atau keduniawian hanyalah fatamorgana. Tidak kekal, sehingga tak layak melekat kepada semua itu. Sebab ketika ada kemelekatan, maka akan menjadi beban kelak ketika hendak 'pergi'.

Bahwa tujuan hidup bukanlah untuk memenuhi keserakahan menumpuk kekayaan. Semuanya tak mungkin akan di bawa pada waktunya. Tetapi memperkaya  hati, memupuk budi  dan menyebarkan cinta kasih adalah pilihan yang berguna. Sebab kelak dapat menjadi penuntun jalan untuk 'pulang'.

AFIRMASI:
Tuhan, terangilah hati kami dengan Cahaya dan Kasih-Mu untuk menuntun kami hidup dalam kebaikan nurani sebelum kematian itu datang. Tuhan, terangi hidup kami agar selalu rindu untuk hidup dalam belas kasih, sehingga kelak menjadi penerang kami di saat kematian menjelang.

@refleksihatimenerangidiri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun