Walau saya tidak merasa belum seutuhnya jadi jadi manusia dan manusia yang paling baik dan benar, tapi merasa juga sudah menjadi orang yang cukup baik dan benar selama ini. Diam-diam menyembunyikan kesombongan.
Saya sudah merasa cukup baik jadi orang. Sebab sudah menjauhi perbuatan yang dilarang agama. Tidak berjudi, tidak minum minuman keras, tidak melakukan perbuatan mesum. Bahkan begitu muncul di pikiran sudah dibuang jauh-jauh sebelum mengawang- awang.
Cukup baik, bukan? Sudah itu setiap hari tidak lupa berdoa dan mengingat Tuhan. Berusaha setiap saat untuk tidak menyakiti orang lain dan bahkan binatang sekalipun. Kalau ada kelebihan uang, walau jarang sekali, ingat untuk beramal. Bukankah cukup pantas untuk merasa sudah jadi orang baik?Bagaimana dengan Anda, kawan?
Apakah Memang Sudah Benar-benar Baik?
Apakah perasaan saya yang menganggap diri sendiri baik itu sudah benar-benar menunjukkan saya sebagai orang baik dan benar?
Tentu saja ego saya akan mengatakan demikian adanya dan adakalanya _ lebih tepatnya seringkali malah_ akan menyombongkan diri sebagai orang baik.Bila perlu dijadikan pameran.
Itu sebabnya, maka saya akan sibuk dan merasa berhak menilai si ini belum baik, apalagi si itu yang pejabat. Parah, banyak dosanya. Tidak ada yang baik, perasaan cuma saya saja yang baik. Ada sih dosa tapi cuma sedikit.
Namun ketika saya melihat dengan mata hati yang jernih, bukan dengan perasaan. Ya ampun, betapa malunya! Ternyata kebaikan saya itu tidak lebih dari satu persen. Betapa banyak ketidakbaikan yang tak tercatat dan terlewat begitu saja. Bisa jadi memang sengaja dilupakan.
Kalau mau dihitung secara bisnis, boleh dibilang sudah bangkrut saya dari dulu. Hutang kesalahan sudah segunung, tapi kebaikan baru segenggam. Apa yang mesti dibanggakan dari merasa itu? Sejatinya pantas saya menangisi berhari-hari.
Tertipu Rasa
Entahlah kita merasa atau tidak berapa banyak rasa yang telah menipu hidup kita. Oleh rasa kita melebih-lebihkan diri kita jauh dari kenyataan sebenarnya.