Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Belatung

12 Maret 2014   02:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:02 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Demi untuk keuntungan lebih tak jarang cara kotor diterapkan. Menjual barang palsu dibilang asli. Harga dinaikkan setinggi mungkin. Bahkan tak segan mengakali timbangan, harusnya sekilo jadi 8 atau 9 ons.

Demi untuk menghidupi keluarga dan tekanan ekonomi rela-rela saja mendapatkan penghasilan dengan akal yang kotor. Tidak lagi berpikir boleh atau tidak. Tapi yang penting ada hasilnya.

Seperti lalat yang bisa hidup nyaman di tempat kotor dan jorok, tanpa sadar semua hal kotor yang bisa nyaman juga dilakukan manusia seperti saya ini. Saking nyamannya sampai sudah dianggap bukan hal yang salah. Tapi sesuatu yang wajar untuk mempertahankan hidup.

Lucunya, apabila ketika makan melihat belatung atau lalat yang menjijikkan itu bisa langsung muntah. Namun saat makan hidangan yang dibeli atau diolah dengan uang yang didapat dengan cara yang terlarang dan kotor tak merasa muntah. Rasanya tetap nikmat dan nyaman.

Demi Kekotoran Duniawi Manusia Melupakan Surgawi


Sebagai umat beragama tentu kita percaya dan yakin surga itu ada. Tak sedikit cerita atau kesaksian untuk meyakinkan tentang kebenaran ini untuk memotivasi, agar manusia memilih jalan kembali ke surga.

Perbanyak kebajikan, hindari kejahatan, sucikan hati dan pikiran. Semua agama melalui kitab suci pun mengajarkan agar umatnya jangan mengotori hatinya dengan perbuatan-perbuatan salah. Tetapi perbuatan yang dianggap mengandung dosa atau kotor itu justru lebih menarik hati manusia untuk melakukannya. Tak peduli dapat merugikan sesama dan harus mengeluarkan biaya.

Membunuh dan mencuri dalam berbagai bentuk merajalela. Korupsi dan tipu sana-sini bawa-bawa Nama Tuhan sudah jadi berita sehari-hari. Omong-omongan kotor merendahkan dan menyakitkan menjadi kebiasaan. Berbohong, bermesum ria, dan menjual agama demi keuntungan sendiri dengan mudah ditemukan.

Padahal semua perbuatan kotor itu dapat menjerumuskan manusia sendiri dalam penderitaan panjang dan kehilangan harapan indah untuk menggapai surga.  Mengapa saya masih terus hidup dalam kekotoran dunia, sementara di dalam hati kecil merindukan indahnya surga?

AFIRMASI:

Tuhan, ampunilah kesalahan kami atas kekotoran hati dan pikiran ini di masa lalu. Semoga jangan ada kehinaan lagi dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan kami. Karena tak sepantasnya kami makhluk yang mulia ini hidup dalam perbuatan yang kotor yang akan mengotori nurani kami. Bila bukan saat ini, kapan lagi kami harus menegakkan kesadaran untuk hidup di jalan yang lurus?Semoga kesadaran untuk menjauhi perbuatan yang kotor selalu menaungi kami.




@refleksihatimenerangidiri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun