[caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi Kompasiana /kompas.com"][/caption] Hidup kita saat ini sangat rentan sekali dengan yang namanya stres. Karena penguasaan diri dan emosi kurang, maka hal sepele saja _misalnya suara anak-anak yang berisik_ bisa menimbulkan stres. Bagi yang suka menulis, sehari tak bisa menulis saja karena macetnya ide bisa membuat stress. Bagi kita yang setiap hari di jalanan yang sering harus bergelut dengan macet termasuk rentan terkena stres. Apalagi dengan beban pekerjaan dan beban ekonomi, stress sudah seperti kawan akrab. Beginilah kehidupan kita saat ini yang tak jauh dari stress yang kemudian menjadi penyebab utama timbulnya penyakit pada tubuh kita. Sakit kepala atau gampang marah misalnya. Akibat pikiran yang tak bisa ditenangkan. Selain itu juga kadang kita genit dengan membawa-bawa beban masa lalu untuk dijadikan beban pikiran dan juga terlalu banyak mengkhayalkan masa depan yang masih jauh, sehingga pikiran semakin jadi berbeban. Bagaimana tidak stress kalau demikian? Tak heran, sekarang kita begitu haus dengan yang namanya hiburan. Kita rela mengeluarkan banyak biaya demi untuk menghibur diri kita, agar tidak terkena stress. Apakah semua hal yang kita anggap dapat menghiburkan kita, sepenuhnya dapat menenangkan pikiran dan tubuh kita? Celakanya bisa-bisa malah menimbulkan beban pikiran baru. Misalnya menghibur diri pergi ke klub malam, dengan minuman keras dan obat terlarang Seorang guru zen dari Singapura, Master Guo Jun mengajarkan tentang 3R yang minimal dapat bermanfaat untuk mengurangi beban pikiran, sehingga dapat mencegah terjadinya stres pada kita dengan biaya yang murah dan tanpa efek samping. Apakah 3R itu? Yakni, Rest (Menenangkan Pikiran), Relax (Relaksasi Tubuh), dan Return (Selalu Kembali Pada Kekinian). Dimana ketika hal ini bisa dilakukan dalam waktu bersamaan baik dengan duduk diam maupun sambil bergerak, yakni meditasi. Meditasi hanyalah sebagai sarana untuk melatih pikiran dan tubuh kita sepenuhnya dapat beristirahat. Rest : Menenangkan Pikiran Setiap hari begitu banyak hal yang harus kita pikirkan. Dari pagi sampai malam. Bahkan ketika sudah berbaring di tempat tidur pun pikiran masih kita paksa untuk bekerja keras. Urusan pekerjaan, bisnis, hubungan dengan orang lain atau berhubungan dengan lingkungan sudah cukup memeras otak kita. Belum lagi dengan beban timbulnya keinginan-keinginan. Ketika tak tercapai akan menjadi stress. Bisa dibayangkan betapa lelahnya otak kita yang harus bekerja sepanjang hari tanpa beristirahat dengan cukup. Seperti seekor kera yang tak bisa diam, selalu aktif bergerak ke sana-sini. Ketika dalam diam pun begitu banyak hal yang dipikirkan. Dengan bermeditasi kita bisa menenangkan pikiran, melepaskan beban-beban, istirahat sepenuhnya dengan melalui setiap tarikan nafas. Bila seringkali dilakukan, maka beban hidup layaknya seperti tarikan nafas. Begitu ringannya. Sebenarnya dengan media pun pun bisa digunakan sebagai saran meditasi untuk menenangkan pikiran, apabila kita bisa menulis lebih menggunakan hati. Semacam tulisan refleksi diri. Relax : Relaksasikan Tubuh Sesungguhnya dengan begitu banyaknya beban pikiran, secara otomais akan mempengaruhi kondisi tubuh kita. Ketegangan pikiran dapat menyebabkan badan menjadi kaku dan kurang lancarnya aliran darah. Apa tidak akan mati rasa tubuh bila keadaan ini berlangsung terus? Jadi dengan bermeditasi adalah sebagai salah satu cara untuk mengistirahatkan tubuh kita. Sebab tubuh yang terlalu dipaksa untuk terus bekerja pun tanpa dibarengi dengan istirahat yang cukup bisa mengalami stress. Tubuh ini perlu dimanja, selain dengan meditasi bisa dengan pijatan ringan atau mandi sauna. Bisa juga sering-sering berada di tengah alam untuk merasakan udara segar dan bermandikan cahaya matahari pagi. Menikmati suasana alam yang sejuk, selain bisa merelaksasikan tubuh, pikiran pun bisa ikut tenang. Return : Selalu Kembali Pada Kekinian Tak dipungkiri kita seringkali memang tidak bisa melepaskan masa lalu dan untuk tidak memikirkan masa depan yang masih jauh dari jangkauan. Padahal kehidupan saat saja sudah banyak urusannya. Masa lalu sudah berlalu dan biarlah berlalu. Mengapa harus dikenang bila akan menjadi beban pada masa kini? Masa depan belum datang berarti belum ada kepastian. Mengapa kita harus mengganggunya dengan khayalan? Melalui tarikan setiap dalam meditasi adalah kita belajar konsentrasi hidup pada saat ini dengan penuh syukur dan terima kasih. Sebab betapa berharganya satu tarikan demi satu tarikan nafas. Bukankah memang layak bersyukur dan berterima kasih atas nikmat ini. Apa yang harus dipikirkan lagi apabila saat ini sudah begitu nikmat dan indah hidup ini? Setiap tarikan nafas hanyalah sarana bagi kita untuk belajar fokus untuk menikmati hidup pada saat ini saja. Tidak lebih. Sebab hari ini yang sudah dijalani dengan baik dan penuh syukur serta selalu percaya akan menciptakan masa depannya sendiri tanpa kita perlu membebani dengan memikirkannya. Itulah nikmatnya hidup.
katedrarajawen@refleksihatimenerangidiri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H