Tak dipungkiri kemajuan jaman membuat bergesernya cara kita mendidik anak yang lebih mengutamakan kepintaran. Sebagai orangtua atau guru lebih memperhatikan nilai-nilai pelajaran yang mereka dapatkan. Masalah nilai itu didapat dengan cara yang tidak beretika tak menjadi masalah. Malah didiamkan saja.
Nilai-nilai yang besar lebih menjadi patokan kenaikan atau kelulusan dibandingkan dengan perilaku. Orangtua akan lebih bersedih kalau menemukan anaknya mendapat nilai rendah daripada anaknya berkata-kata kasar. Malah ada yang bisa bangga anaknya berani memarahi pembantunya.
Jaman semakin maju dan begitu cepatnya terjadi perubahan. Perubahan yang terbesar adalah semakin rendahnya tanggung jawab orangtua atau guru untuk mendidik anak-anak. Sebab orientasinya adalah kepada kepintaran.
Padahal kepintaran bisa semakin menjauhkan anak-anak dari nilai spiritualitas dan moralitas. Misalnya tidak perlu merasa sopan sama orang lain atau merasa berhak menghina temannya bodoh karena sudah merasa pintar.
Pada Akhirnya adalah Keteladanan yang Utama
Pada jaman sekarang kenyataannya memang semakin sulit mendidik anak-anak karena pengaruh lingkungan dan juga media elektronik yang begitu mudah ditemukan, sehingga anak-anak bisa lebih banyak belajar dari lingkungan dan media yang ada. Sementara orangtua sendiri sibuk dan guru kurang fokus, lebih kepada mengajar daripada mendidik.
Anak-anak yang membutuhkan keteladanan pada akhirnya tidak menemukan pada sosok orangtua atau gurunya sendiri. Tak heran anak-anak mencari tokoh idolanya pada tokoh kartun yang nilai-nilai kebajikannya hanya pada menumpas kejahatan. Sementara ajaran luhur tentang etika dan budi pekerti masih dipertanyakan.
Apakah kita sebagai orangtua atau guru yang sudah layak diteladani oleh anak-anak? Apakah kita pernah menanyakan hal ini kepada diri sendiri?
Jadi ketika kita menemukan anak-anak semakin nakal dan susah diatur, daripada marah-marah dan mengancam yang secara tidak langsung mempertunjukkan rasa frustasi kita, mungkin lebih berguna dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi diri sendiri dan mengambil tanggung jawab kenakalan anak sebagai kesalahan kita sendiri.
Afirmasi:
Tuhan, ampunilah atas kelalaian kami selama ini dalam mendidik anak-anak, sehingga bukan bertambah semakin baik dan terdidik malah tumbuh menjadi anak-anak yang sulit diatur. Ampunilah kesalahan kami dan mohon bukalah hati kami untuk lebih hati-hati dan bisa mendidik mereka dengan keteladanan kami.