Celaan dan Hinaan Bukanlah Musuh
Bila kita belum memiliki akar budi yang kokoh bagaikan pohon jati yang menjulang tinggi tahan terhadap terpaan angin kencang. Bila keegoan masih menjadi tembok yang kokoh, maka segala celaan dan hinaan akan mudah sekali membuat kita terluka, sakit hati dan menyimpan dendam.
Ketika pembinaan diri kita masih belum mumpuni, maka akan menjadi pribadi yang begitu mudah mengasihani diri sendiri dan menyalahkan orang lain. Mudah berkeluh-kesah dan menganggap dunia tak adil pada kita.
Setiap perkataan yang tidak baik yang menghampiri seakan bagaikan racun yang mematikan. Alih-alaih menjadikannya sebagai cermin dan bahan pelatihan untuk melatih diri.
Di dalam hidup ini, kita tak mungkin bisa menghindari celaan dan hinaan. Selalu saja ada yang tak akan suka dengan diri kita sebaik apa pun yang kita lakukan. Yang bisa kita lakukan adalah mengolah semua itu menjadi kekuatan untuk membangun karakter diri kita. Jadi hinaan dan celaan bisa menjadi kawan baik bagi kita.
Pujian dan Celaan hanyalah Hiasan Kehidupan
Orang yang mengerti sejati dirinya akan selalu melihat ke dalam diri. Menikmati hidup sepanjang waktu tiada peduli panas atau hujan.
Begitulah terhadap celaan atau pujian takkan memengaruhi batinnya. Sebab semua itu bagaikan hiasan belaka. Warna-warni kehidupan. Ada atau tiada sama saja.
Bahwa perkataan pujian dan hinaan bukanlah kebenaran yang harus diyakini. Sebab setiap waktu bisa terjadi perubahan. Hakekat kehidupan di dunia tak ada yang abadi. Suka dan duka silih berganti. Begitu pula dengan pujian dan hinaan.
Hari ini memuji, esok bisa saja berganti benci. Mengapa harus mengikat diri dengan semua ini yang akan membuat hidup kita tak bebas lagi?
katedrarajawen@refleksihatimenerangidiri