Salah satu tempat yang tak pernah sepi dan libur adalah rumah sakit. Selalu ramai dan harus datang walau hati tak ingin. Bagaimana tidak? Kalau sudah sakit dan harus di rawat inap. Mau tidak mau harus mau dan betah berbaring di ruang yang telah disediakan.
Walau pelayanan yang diberikan enak, suster dan dokter selalu siap siapa. Tetap saja masuk rumah sakit itu menjadi hal yang tidak menyenangkan. Apa ada yang dengan suka rela mauk rumah sakit? Bisa jadi ada yang rela-rela saja tapi tetap disertai perasaan was-was.
Padahal kalau mau dipikir terbalik masuk rumah sakit itu seharusnya hal yang menyenangkan. Sebab penderitaan dan penyakit bisa ditangani dan menjadikan diri kita sehat kembali. Seperti yang dialami oleh istri dan calon adik ipar. Gara-gara masuk rumah sakit batu ginjal dan kistanya bisa dibuang dari tubuh mereka. Dimana sebelumnya ketakutan untuk dioperasi alias menolak untuk menjalani operasi.
Kunjungan ke Rumah Sakit yang Berseri
Bicara rumah sakit, boleh dibilang tahun ini merupakan rekor tersendiri bagi saya untuk berkunjung ke rumah sakit. Sejak awal tahun 2014 ini sampai saat ini sudah menunggu atau membesuk di 10 rumah sakit berbeda. Dari rumah sakit kelas C sampai kelas A. Yang sakit dari ponakan, kakak ipar, adik ipar sampai mertua.
Awal tahun ponakan sudah harus masuk rumah sakit karena masalah pencernaan. Lalu kakak ipar yang mengalami stroke dan koma yang kemudian merengutnya nyawanya. Lanjut adik ipar yang asmanya kambuh. Setelah itu mertua karena jantung, sehingga harus pasang ring.
Kemudian tiga ponakan secara bergantian harus diopname karena demam. Setelah itu giliran bapaknya atau adik ipar yang maagnya kambuh sampai harus pakai pingsan. Berselang cukup lama baru istri dapat giliran untuk operasi batu ginjal yang berlanjut dengan si dede sakit selama seminggu walau tidak sampai dibawa ke rumah sakit.
Rumahnya acara berkunjung ke rumah sakit masih berseri. Sebab setelah itu giliran kakak dari istri yang mendapat jatah. Sakit pinggangnya sudah tak tertahan yang juga disebabkan adanya batu ginjal. Disambung lagi oleh calon adik ipar yang sakit perut. Setelah diperiksa ternyata kena kista. Belum keluar dari rumah sakit, giliran adik yang masuk karena mengalami pembengkakan pada bagian kaki. Takut ada masalah dengan jantung atau ginjal.
Bagaimana dengan Biaya?
Kalau sudah berurusan dengan sakit atau rumah sakit mau tidak mau kita bicara tentang biaya. Kalau ada dana lebih, ada asuransi, atau tanggungan dari perusahaan paling tidak bisa mengurangi beban pikiran. Ada jaminan juga bila pakai BPJS Kesehatan, tetap belum menjamin pikiran akan tenang. Sebab masih ada masalah birokrasinya yang tidak seindah dalam teori.
Apalagi bila sudah tidak ada jaminan dan biaya terbatas. Paling tidak harus menahan rasa nyeri dan sakit hati. Sebab negara masih belum mampu sepenuhnya untuk memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi warganya yang tidak mampu.
Walau sudah ada seruan 'Orang miskin dilarang sakit' tetap saja yang namanya penyakit tidak pilih-pilih waktu datangnya. Ada yang sedang santai-santai naik motor bisa tiba-tiba kena kram dan nyawa melayang karena penyakitnya kambuh.
Kalau jadi orang miskin sudah sakit parah, tidak ada biaya dan tidak ada yang peduli ya rela-rela saja tunggu kematian tiba atau serahkan takdir pada Sang Pencipta. Siapa yang mau disalahkan?
Ada Untungnya
Sebenarnya dengan sering-sering datang ke rumah sakit ada untungnya juga. Paling tidak bisa menjadi penegas bagi diri sendiri untuk tidak terbaring di rumah sakit karena akan kehilangan kenyamanan dan kebebasan. Artinya apa? Ya harus mulai hidup sehat dengan menjadi pola hidup.
Bagaimana kalau kepalang basah harus masuk rumah sakit juga? Paling tidak berdasarkan pengalaman saya sendiri sekian tahun yang lalu, nikmati saja. Ternyata sakit itu ada enaknya.
Bagaimana tidak? Selama ini kalau tidak sakit tidak mendapat pelayanan istimewa, eh giliran sakit dilayani dengan baik.
Pagi-pagi sudah dilap sama suster. Terus beri obat. Habis itu sarapan sudah tersedia. Kemudian bisa dengan santai menikmati minuman hangat sambil menatap televisi di depan mata. Siang sedikit sudah ada sarapan. Siang sedikit ada makanan ringan. Berlanjut makan dan makan. Ada yang melayani. Ada apa-apa tinggal pencet bel. Mau ke WC ada yang tuntun. Enaknya lagi, pas mau keluar rumah sakit pembayaran sudah ada yang menanggung. Enak, kan? Itu pengalaman sendiri.
Jadi kalau terpaksa harus masuk rumah sakit, paling tidak kesempatan tersebut bisa dijadikan kesempatan untuk beristirahat dan menikmati hidup. Kalau tidak sakit, setiap hari dipenuhi kesibukan sampai-sampai lupa waktu makan. Dengan sakit ada gunanya juga bisa makan teratur he he he......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H